Selasa, 04 September 2012

asuhan keperawatan Perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan
A.    Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang maladaptive dimana individu melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Klien yang mengalami masalah ini harus diintervensi sehingga pola ekspresii kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku asertif., yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut. Dengan asertif seorang individu dapat mengekspresikan rasa marahnya secara langsung sehingga akan menimbulkan perasaan lega dan peredaan ketegangan yang dialami (Akemat).
Marah merupakan suatu hal yang normal dan hampir semua orang pernah marah. Marah dapat diartikan sebagai:
J   Perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart & Sundeen, 1991)
J   Persepsi individu tentang situasi cemas yang harus diatasi dengan berkelahi atau menantang
J   Reaksi manusiawi yang normal terhadap suatu rangsang tertentu yang membuat orang tersinggung harga dirinya / membuat kecewa dan frustasi karena segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan. (Wedge, 1989)
Manfaat/fungsi positif marah:
J   Peningkatan / penghasil tenaga
J   Ekspresi perasaan.
J   Self promosi/ peningkatan fungsi diri
J   Defensif/pertahanan, respon pada cemas untuk mengatasi konflik
J   Kontrol/fungsi potensial, kontrol yang tinggi pada situasi
J   Fungsi diskriminasi.

B.     Rentang Respon Marah
Respon marah pada individu sangat bervariasi. Ada yang mampu mengungkapkan secara langsung, ada juga yang selalu memendam perasaannya jika marah. Ada yang walau dalam keadaan marah tampak biasa saja, tetapi ada yang kalau marah ditampilkan dalam bentuk yang sangat agresif bahkan cendrung mengancam keselamatan orang lain. Kondisi ekspresi marah yang berfariasi pada individu dapat digambarkan dalam bentuk rentang respon marah sebagai berikut :

            Respon Adaptif                                                              Respon Maladaptif


 


Asertif                Frustrasi               Pasif              Agresif                  Kekerasan

Asertif             : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi            : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
Pasif               : Respon lanjutan, dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaan
Agresif                        : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk/kekerasan: Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

C.    Faktor Predisposisi

Faktor yang melatar belakangi terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika factor berikuit dialami oleh individu :
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2.      Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menadopsi perilaku kekerasan.
3.      Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif)dan kontorol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan  akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).
4.      Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

D.    Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diriyang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

E.                 Mekanisme Koping
J   Proyeksi       : keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yuang dilakukan sendiri
J   Mengingkari : perilaku menolak realitas yang terjadi pada dirinya, dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
J   Reaksi formasi         : pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau dilakukan oleh orang lain.

F.      Tanda dan Gejala
Pada pengkajiaan awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat melakukan pengkajian dengan cara :
Observasi :
            Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,  berdebat. Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan klein.

G.    Pengobatan Medik.
Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif diantaranya :
1.   Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya : Diazepam (valium).
2.      Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
3.      Mood stabilizer, contoh : Lithium, Carbamazepin.
4.       Antipsikotik, contoh : Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
5.       Obat lain :Naltrexon, Propanolol.

H.     Proses Keperawatan
I.  Pengkajian
a.                                                         Fisik                : muka merah, pandangan tajam, napas pendek, keringat banyak, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat
b.       Emosi             : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel, menyalahkan, menuntut, seperti mau meledak.
c.       Intelektual      : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d.      Sosial              : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
e.       Spiritual          : kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral, kebejatan, kreativitas terhambat.

II. Diagnosa Keperawatan
1.       Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
2.       Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan:
·         Ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif
·         Halusinasi pendengaran
·         Keinginginan mengontrol orang lain
3.       Perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan dengan menarik diri
4.       Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.

III. Tindakan Keperawatan
Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.
Strategi tindakan itu terdiri dari :
1.    Strategi preventif, terdiri dari kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
2.       Strategi Antisipasi, terdiri dari komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.
3.       Strategi pengekangan, terdiri dari manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

 

Penyuluhan

Klien perlu disadarkan tentang cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluha klien untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :
1.   Bantu klien mengidentifikasi marah.
2.   Berikan kesempatan untuk marah.
3.   Praktekkan ekspresi marah.
4.   Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.
5.   Identifikasi alternatif cara mengeksprasikan marah.

Latihan Asertif

            Latihan asertif  bertujuan agar klien bisa berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.       Berkomunikasi langsung dengan orang lain.
2.       Mengatakan tidak untuk permintaan yang tidak beralasan.
3.       Mampu menyatakan keluhan.
4.       Mengekspresikan apresiasi yang sesuai.
Tahap latihannya meliputi :
1.       Diskusikan bersama klien cara ekspresi marah selama ini.
2.       Tanyakan apakah dengan cara ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan masalah baru.
3.       Jelaskan cara-cara asertif.
4.       Anjurkan klien untuk memperagakannya.
5.       Anjurkan klien untuk menerapkan asertif dalam situasi nyata.

Perubahan lingkungan
1.       Ruang rawat klien dan penataan ruangan harus nyaman, ventilasi dan penerangan cukup, jauh dari kegaduhan
2.       Pengaturan waktu interaksi
3.       Penempatan dan kegiatan ruangan

Prosedur pengikatan
1.      Pengikatan merupakan cara terakhir dalam menangani klien dengan perilaku kekerasan
2.      Pengikatan harus didasarkan pada kebutuhan keamanan dan menolong klien
3.      Pengikatan harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan klien (makan, minum, BAB, BAK, dll)
4.       Semua pengikatan akan membatasi gerakan klien oleh karena itu harus bekerjasama dengan dokter. Dalam keadaan darurat, perawat berhak memutuskan melakukan pengikatan.
5.      Pengikatan tidak boleh digunakan sebagai hukuman atau untuk mendisiplinkan klien
6.      pengikatan harus mempertimbangkan kenyamanan klien, tidak terlalu keras atau tidak terlalu longgar, cukup untuk kelancaran peredaran darah.
7.      Posisi klien diubah tiap 2 jam dan berikan latihan pergerakan aktif dan pasif
8.      Pengikatan harus memperhatikan “privacy” klien.






Adapun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan adalah :
Tujuan Umum :
Klien  tidak mecederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUK  1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik
Intervensi :
1.1     Beri salam/panggil nama
1.2     Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.3     Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4     Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.5     Beri rasa aman dan sikap empati
1.6  Lakukan kontak singkat tapi sering.

TUK 2 :
Klien dapat  mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Intervensi :
2.1    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya .
2.2   Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel /kesal.

TUK  3:
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
3.1     Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal.
3.2     Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

TUK 4 :
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Intervensi:
4.1            Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
4.2            Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3            Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalanya bisa selesai.

TUK  5:
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Intervensi :
5.1       Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.
5.2      Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien.
5.3      Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.

TUK 6 :
Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan
Intervensi :
6.1    Tanyakan pada klien  “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
6.2    Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
6.3    Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
a.       Secar fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal / kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.      Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).
c.       Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan sertif. Latihan manajemen perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/beribadah; meminta pada Tuhan  untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan ttg kekerasan/kejengkelan.
TUK 7 :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Intervensi :
7.1           Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
7.2           Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
7.3           Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut (role play).
7.4           Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
7.5           Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

TUK  8 :
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.
Intervensi:
8.1    Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
8.2     Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
8.3     Jelaskan cara-cara merawat klien :
-         Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
-         Sikap tenang, bicara tenang dan jelas
-         Membantu klien mengenal penyebab marah.
8.4     Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.5  Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

TUK  9 :
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan)
Intervensi :
9.1         Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
9.2         Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
9.3   Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).
9.4     Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
9.5   Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
9.6    Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.



J.       Cara Mengatasi marah (Peran Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
§  Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi, angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
§  Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan yang terang,sikap keluarga yang lembut
§  Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
§  Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif (yg telah dilatih di rs)pada lingkungan
§  Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan kegiatan ibadah
 
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus
·         Berteriak menjerit, memukul
·         Terima marah klien, diam sebentar
·         Arahkan klien untuk memukul barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
·         Setelah tenang diskusikan cara umum yang sesuai:
a. Bantu klien latihan relaksasi (latihan fisik, olah raga)
b.Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan hembusan    nafas
·         Marah melalui humor
1.Jaga humor tidak menyakiti orang lain
2.Amati ekspresi muka orang yang jadi sasaran




Tidak ada komentar:

Posting Komentar