Perilaku kekerasan
A. Pengertian
Perilaku kekerasan
merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang maladaptive dimana individu
melakukan tindakan-tindakan yang dapat membahayakan/mencederai diri sendiri,
orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Klien yang mengalami masalah ini
harus diintervensi sehingga pola ekspresii kemarahannya dapat diubah menjadi
bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku asertif., yaitu ekspresi kemarahan
langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber
kemarahan tersebut. Dengan asertif seorang individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya secara langsung sehingga akan menimbulkan perasaan lega dan peredaan
ketegangan yang dialami (Akemat).
Marah merupakan suatu
hal yang normal dan hampir semua orang pernah marah. Marah dapat diartikan
sebagai:
J Perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart &
Sundeen, 1991)
J Persepsi individu tentang situasi
cemas yang harus diatasi dengan berkelahi atau menantang
J Reaksi manusiawi yang normal
terhadap suatu rangsang tertentu yang membuat orang tersinggung harga dirinya /
membuat kecewa dan frustasi karena segala sesuatunya tidak berjalan sebagaimana
yang diinginkan. (Wedge, 1989)
Manfaat/fungsi positif marah:
J Peningkatan / penghasil tenaga
J Ekspresi perasaan.
J Self promosi/ peningkatan fungsi
diri
J Defensif/pertahanan, respon pada
cemas untuk mengatasi konflik
J Kontrol/fungsi potensial, kontrol
yang tinggi pada situasi
J Fungsi diskriminasi.
B. Rentang Respon Marah
Respon marah pada individu sangat bervariasi. Ada yang mampu mengungkapkan secara langsung,
ada juga yang selalu memendam perasaannya jika marah. Ada yang walau dalam keadaan marah tampak
biasa saja, tetapi ada yang kalau marah ditampilkan dalam bentuk yang sangat
agresif bahkan cendrung mengancam keselamatan orang lain. Kondisi ekspresi
marah yang berfariasi pada individu dapat digambarkan dalam bentuk rentang
respon marah sebagai berikut :
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Asertif
Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan
Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat
Pasif : Respon lanjutan, dimana klien
tidak mampu mengungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk/kekerasan: Perilaku
destruktif dan tidak terkontrol
C. Faktor Predisposisi
Faktor yang melatar belakangi
terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang
dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika factor berikuit dialami oleh individu :
1.
Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak , dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2.
Perilaku, reinforcement yang
diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah
atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu menadopsi perilaku
kekerasan.
3.
Sosial budaya, budaya tertutup
dan membalas secara diam (pasif agresif)dan kontorol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).
4.
Bioneurologis, banyak pendapat
bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidak
seimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
D. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diriyang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan.
E.
Mekanisme Koping
J
Proyeksi : keinginan yang tidak dapat ditoleransi,
mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yuang dilakukan sendiri
J
Mengingkari : perilaku menolak realitas yang terjadi pada
dirinya, dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
J
Reaksi
formasi : pembentukan sikap kesadaran
dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang benar-benar dirasakan atau
dilakukan oleh orang lain.
F.
Tanda dan Gejala
Pada pengkajiaan awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa ke
rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat dapat
melakukan pengkajian dengan cara :
Observasi :
Muka merah, pandangan tajam, otot
tegang, nada suara tinggi, berdebat.
Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak
senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang dirasakan klein.
G. Pengobatan Medik.
Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku agresif
diantaranya :
1. Anti ansietas dan hipnotik sedatif contohnya
: Diazepam (valium).
2.
Anti depresan, contohnya Amitriptilin.
3.
Mood stabilizer, contoh :
Lithium, Carbamazepin.
4.
Antipsikotik, contoh :
Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine.
5.
Obat lain :Naltrexon,
Propanolol.
H.
Proses Keperawatan
I. Pengkajian
a.
Fisik : muka merah, pandangan tajam,
napas pendek, keringat banyak, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat
b. Emosi
: tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel,
menyalahkan, menuntut, seperti mau meledak.
c. Intelektual :
mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan
d. Sosial
: menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
e. Spiritual
: kemahakuasaan, kebajikan/kebenaran diri, keraguan, tidak bermoral,
kebejatan, kreativitas terhambat.
II. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan:
·
Ketidakmampuan
mengungkapkan marah secara konstruktif
·
Halusinasi
pendengaran
·
Keinginginan
mengontrol orang lain
3. Perubahan sensori persepsi halusinasi berhubungan
dengan menarik diri
4. Koping keluarga tidak efektif sehubungan dengan
ketidakmampuan dalam merawat klien dengan perilaku kekerasan.
III. Tindakan Keperawatan
Ada tiga strategi tindakan
keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan, disesuaikan dengan sejauh
mana tindakan kekerasan yang dilakukan oleh klien.
Strategi tindakan itu terdiri dari
:
1. Strategi preventif, terdiri dari kesadaran
diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.
2. Strategi Antisipasi, terdiri dari
komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan psikofarmakologi.
3. Strategi pengekangan, terdiri dari
manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.
Penyuluhan
Klien perlu disadarkan tentang
cara marah yang baik serta bagaimana berkomunikasi merupakan cara yang efektif
untuk mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Bahwa marah bukan suatu yang
benar atau salah, harus disadari oleh klien. Untuk itu dari penyuluha klien
untuk mencegah perilaku kekerasan berisi :
1. Bantu klien mengidentifikasi marah.
2. Berikan kesempatan untuk marah.
3. Praktekkan ekspresi marah.
4. Terapkan ekspresi marah dalam situasi nyata.
5. Identifikasi alternatif
cara mengeksprasikan marah.
Latihan Asertif
Latihan
asertif bertujuan agar klien bisa
berperilaku asertif yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Berkomunikasi langsung dengan
orang lain.
2.
Mengatakan tidak untuk
permintaan yang tidak beralasan.
3.
Mampu menyatakan keluhan.
4.
Mengekspresikan apresiasi yang
sesuai.
Tahap latihannya meliputi :
1.
Diskusikan bersama klien cara
ekspresi marah selama ini.
2.
Tanyakan apakah dengan cara
ekspresi marah tersebut dapat menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan
masalah baru.
3.
Jelaskan cara-cara asertif.
4.
Anjurkan klien untuk
memperagakannya.
5.
Anjurkan klien untuk menerapkan
asertif dalam situasi nyata.
Perubahan
lingkungan
1.
Ruang rawat klien dan penataan
ruangan harus nyaman, ventilasi dan penerangan cukup, jauh dari kegaduhan
2.
Pengaturan waktu interaksi
3.
Penempatan dan kegiatan ruangan
Prosedur pengikatan
1.
Pengikatan merupakan cara
terakhir dalam menangani klien dengan perilaku kekerasan
2.
Pengikatan harus didasarkan
pada kebutuhan keamanan dan menolong klien
3.
Pengikatan harus memperhatikan
pemenuhan kebutuhan klien (makan, minum, BAB, BAK, dll)
4.
Semua pengikatan akan membatasi gerakan klien
oleh karena itu harus bekerjasama dengan dokter. Dalam keadaan darurat, perawat
berhak memutuskan melakukan pengikatan.
5.
Pengikatan tidak boleh
digunakan sebagai hukuman atau untuk mendisiplinkan klien
6.
pengikatan harus
mempertimbangkan kenyamanan klien, tidak terlalu keras atau tidak terlalu
longgar, cukup untuk kelancaran peredaran darah.
7.
Posisi klien diubah tiap 2 jam
dan berikan latihan pergerakan aktif dan pasif
8.
Pengikatan harus memperhatikan
“privacy” klien.
Adapun rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan diagnosa risiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan b.d perilaku kekerasan adalah :
Tujuan Umum :
Klien tidak
mecederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
menggunakan komunikasi terapeutik
Intervensi :
1.1
Beri salam/panggil nama
1.2
Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
1.3
Jelaskan maksud hubungan interaksi
1.4
Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.5
Beri rasa aman dan sikap empati
1.6 Lakukan kontak singkat
tapi sering.
TUK 2 :
Klien dapat
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Intervensi :
2.1 Beri
kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya .
2.2 Bantu
klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel /kesal.
TUK 3:
Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan.
Intervensi :
3.1 Anjurkan
klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal.
3.2 Simpulkan
bersama klien tanda-tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
TUK 4 :
Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
Intervensi:
4.1
Anjurkan
klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien.
4.2
Bantu klien
bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
4.3
Bicarakan
dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalanya bisa selesai.
TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
Intervensi :
5.1
Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.
5.2
Bersama klien menyimpulkan
akibat cara yang digunakan oleh klien.
5.3
Tanyakan pada klien “apakah ia
ingin mempelajari cara baru yang sehat”.
TUK 6 :
Klien dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan
Intervensi :
6.1 Tanyakan
pada klien “apakah ia ingin mempelajari
cara baru yang sehat”.
6.2 Berikan
pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
6.3 Diskusikan
dengan klien cara lain yang sehat.
a.
Secar fisik:
tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal /
kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.
b.
Secara verbal : katakan bahwa
anda sedang kesal / tersinggung / jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu;
saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya).
c.
Secara sosial : lakukan dalam
kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan sertif. Latihan manajemen perilaku
kekerasan.
d. Secara spiritual : anjurkan klien
sembahyang, berdoa/beribadah; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan
ttg kekerasan/kejengkelan.
TUK 7 :
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol
perilaku kekerasan.
Intervensi :
7.1
Bantu klien memilih cara yang
paling tepat untuk klien.
7.2
Bantu klien mengidentifikasi
manfaat cara yang telah dipilih.
7.3
Bantu klien untuk
menstimulasikan cara tersebut (role play).
7.4
Beri reinforcement positif atas
keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut.
7.5
Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.
TUK 8 :
Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
Intervensi:
8.1 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
8.2 Jelaskan peran serta
keluarga dalam merawat klien.
8.3 Jelaskan cara-cara merawat
klien :
-
Terkait
dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
-
Sikap tenang, bicara tenang dan
jelas
-
Membantu klien mengenal penyebab
marah.
8.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara merawat klien.
8.5
Bantu keluarga mengungkapkan
perasaannya setelah melakukan demonstrasi.
TUK 9 :
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program pengobatan)
Intervensi :
9.1
Jelaskan jenis-jenis obat yang
diminum klien pada klien dan keluarga.
9.2
Diskusikan manfaat minum obat
dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter.
9.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama
yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).
9.4 Anjurkan klien minta obat
dan minum obat tepat waktu.
9.5 Anjurkan klien
melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.
9.6 Beri pujian jika klien minum
obat dengan benar.
J.
Cara Mengatasi marah (Peran
Serta Keluarga Dalam Merawat Klien Yang Melakukan Perilaku Kekerasan)
Cara umum dapat diarahkan pada berbagai aspek :
§ Fisik : menyalurkan marah melalui kegiatan fisik seperti lari pagi,
angkat berat, menari, jalan-jalan,olah raga,relaksasi otot
§ Emosi : mengurangi sumber yang menimbulkan marah, misalnya ruangan
yang terang,sikap keluarga yang lembut
§ Intelektual : mendorong ungkapan marah, melatih terbuka terhadap
erasaan marah, melindungi dan melaporkan jika amuk
§ Sosial : mendorong klien yang melakukan cara marah yang konstruktif
(yg telah dilatih di rs)pada lingkungan
§ Spritual :bantu menjelaskan keyakinan tentang marah, meingkatkan
kegiatan ibadah
Cara khusus yang dapat dilakukan keluarga pada kondisi khusus
·
Berteriak menjerit, memukul
·
Terima marah klien, diam
sebentar
·
Arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak (bantal, kasur)
·
Setelah tenang diskusikan cara
umum yang sesuai:
a.
Bantu klien latihan relaksasi
(latihan fisik, olah raga)
b.Latihan pernafasan 2 kali/hari, tiap kali sepuluh kali tarikan dan
hembusan nafas
·
Marah melalui humor
1.Jaga humor tidak menyakiti orang lain
2.Amati ekspresi muka orang yang jadi sasaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar