Istilah
trauma abdomen atau gawat abdomen
menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering beru tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut
oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Keputusan
untuk melakukan tindakan beda harus segara
diambil karena setiap kelambatan akan menyebabkan penyulit yang berakibat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas ketepatan diagnosis dan
penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penegtahuan mengenai
anatomi dan faal abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan
satu demi satu sekian banyak kemungkinan penyebab trauma abdomen.
Trauma
abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang
ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan
yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.
BAB II
TINAJAUN
TEORITIS
Trauma Abdomen
Pengertian
Bentuk
trauma yang mengenai abdomen baik trauma tumpul atau tembus yang disebabkan
oleh kecelakaan atau disengaja yang
menyebabkan cedera internal.
Menurut penyebabnya, trauma abdomen terbagi atas :
1.
Trauma tembus yaitu dengan
penetrasi kedalam rongga abdomen : dapat disebabkan oleh kuat tusuk atau luka
tembak.
2.
Trauma tumpul yaitu tanpa
penetrasi kedalam rongga abdomen : dapat dikurangi dengan diagnosis dan
tindakan segara; biasanya disebabkan oleh perdarahan atau peradangan dalam
rongga abdomen.
Rongga abdomen memuat baik organ-organ
yang padat maupun yang berongga. Trauma tumpul kemungkinan besar menyebabkan
kerusakan yang serius pada organ yang padat, dan trauma penetrasi sebagian
besar mengenao organ-organ berongga. Dignosis dini adalah penting pada trauma
abdomen. Pasien memperlihatkan adanya cedera abdomen penetrasi fasia dalam
peritoneal, ketidakstabilan hemodinamik, atau tanda-tandai dan gejala abdomen
akut dilakukan eksplorasi dengan pembedahan. Pada kebanyakan kasus trauma
abdomen lainnya.
Dilakukan lavase peritoneal diagnosis (LPD). LPD yang positif juga
mengharuskan dilakukan eksplorasi pembedahan.
1. Anatomi
Rongga
abdomen di batasi oleh :
- Atas : diagrafma
- Bawah : pelvis
- Depan : dinding
lateral abdomen
- Lateral : dindinglateral
abdomen
- Belakang : dinding
belakang abdomen serta tulang belakang
Diagrafma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam rongga thoraks.
Diagrafma ini turut dalam pernapasan pada inspirasi akan turun kebawah. Pada
eksplorasi akan naik ke atas pada saat eksplorasi maksimal akan berada.
Setinggi kira-kira interkostal 4 pada garis mid-klavikuler, yang kurang lebih
sama dengan papilla mammae pada laki-laki.
Dengan demikian pada trauma thoraks, baik tumpul maupun tajam, bila
ditemukan setinggi papilla mammae pada laki-laki harus selalu diwaspadai adanya
trauma abdomen juga.
Organ intra-abdomen ada yang terdapat dalam rongga peritonium (intra
peritonial) serta ada yang tidak dalam rongga peritonium (ekstra peritonial).
Organ yang terdapat ekstraperitonial
adalah : ke-2 ginjal dan ureter, pancreas, duodenum, sebagian kecil kolon
(trauma rektum) serta buli-buli (vesika urinaria). Uterus terletak ekstra
peritonial.
Organ yang
terlindung dalam kubah diagrafma adalah pada sisi kanan hepar, dan pada sisi
kiri lien.
Organ yang terlindung dalam pelvis adalah rectum, buli-buli dan
uterus. Dengan demikian organ yang tidak terlindung adalah usus halus dan
sebagian besar kolon. Kedua ginjal karena letaknya yang didaerah belakang
(dorsal ) relatif terlindung.
Hepar danlien tidak mempunyai
lumen (solid), dan trauma pada kedua organ ini akan menimbulkan perdarahan
yang akan terkumpul dalam rongga peritonium keadaan ini dikenal sebagian
hemoperitonium robekan usus juga dapat menimbulkan perdarahan intra peritonial.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen dengan demikian
bila terjadi perporasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan
menimbulkan peritonitis.
Bila yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka
rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis sedangkan bila yang
masuk rongga peritonium adalaj isi usus halus atau kolon, gejala akan timbul
lebih lambat.
II. Gejala dan tanda trauma abdomen
Pada hakekatnya gejala dan tanda yang menimbulkan dapat karena 2hal
:
1.
Pecahnya organ solid
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat
bervariasi dari yang ringan sampai sangat berat, bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah :
a.
Gejala perdarahan secara umum
Penderita
tampak anemis (pucat). Bila perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda dari
syok hemorogik
b.
Gejala adanya darah intra
peritonial
Penderita
ajan merasa nyeri abdomen yang dapat bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat.
Pada
auskultasi bising biasanya usus menurun, yang bukan merupakan tanda yang dapat
dipercaya, karena bising usus akan dapat menurun pada keadaan lain.
Pada
pemeriksaan akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada nyeri
lepas dan lepas dan defans muscular (kekakuan otot) seperti pada peritonitis.
Perut yang semakin membesar hanya akan ditemukan apabila perdarahan hebat dan
penderita tidak gemuk. Pada perkusi akan dapat ditemukan pekak sisi yang
meninggi.
2.
Pecahnya organ berlumen
Pecahnya
gaster, usus halus atau kolon akan menimbulkan peritonitis yang dapat
menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali (gaster) atau lebih
lambat.
Pada
pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen. Pada auskultasi
bising usus akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan akan ditemukan
defans muscular, nyeri tekan dan nyeri
lepas. Pada perkusi akan nyeri pula (nyeri ketok). Biasanya peritonitis bukan
merupakan keadaan yang memerlukan penangan sangat segera, (berbeda dengan
perdarahan intra peritonial)sehinggajarang menjadimasalah pada fase pra RS.
Apabila
trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ intra-abdomen
yang menonjol keluar (paling sering omentum, bisa juga usus halus atau kolon).
Keadaan ini dikenal sebagai evariasi.
Trauma
ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga peritonium (organ
ekstra – peritonial). Jarang, perdarahan dari ginjal akan menyebabkan syok
(walaupun bisa). Gejala lain pada trauma ginjal adalah bahwa kebanyakan
penderita ini akan kemerahan atau kencing darah (hematurial).
Pemeriksaan
v Anamnesa yang selengkapnya mungkin, terutama mengenai terjadinya
kecelakaan arah tusukan atau tembakan.
v Pada pemeriksaan fisik:
1.
Mungkin ditemukan syok dan
penurunan kesadaran.
2.
Jejas didaerah abdomen; pada
luka tusuk, tembak dapat ditemukan pada prolaps isi abdomen.
3.
Adanya darah, cairan atau udara
bebas dalam rongga abdomen penting dicari, terutama pada trauma tumpul :
a.
Tanda rangsangan peritoneal :
nyeri tekan, nyeri lepas, kekakuan dinding abdomen, tanda kehr (refered pain
didaerah bahu, terutama kiri).
b.
Shifting dullness, pekak hati
menghilang
c.
Bising usus melemah/menghilang
Tanda
rangsang peritoneum sering sukar dicari bila ada trauma penyerta, terutama pada
kepala; dalam hal ini dianjurkan melakukan lavase peritoneal.
v Pemeriksaan lain:
1.
Rectal toucher-adanya darah
menunjukkan kelainan usus besar
2.
Kuldosentesis-mencari adanya
darah, cairan atau udara dalam rongga abdomen.
3.
Sonde lambung – mencari adanya
darah dalam lambung, sekaligus mencegah aspirasi bila muntah
4.
Kateterisasi – mencari lesi
saluran kemih.
v Pemeriksaan penunjang
1.
Darah – Hb, Ht dan leukosit;
pada perdarahan Hb dan Ht akan terus menurun, sedang jumlah leukosit akan terus
meningkat; oleh karena itu pada kasus meragukan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
berkala.
2.
Urin- penting untuk mengetahui adanya lesi saluran kemih
3.
Radiologik – tak perlu
dilakukan bila indikasi laparotomisudah jelas.
Biasanya dilakukan foto polos abdomen dalam posisi tegak dan miring
kekiri untuk melihat :
§ Keadaan tulang belakang dan panggul
§ Adanya benda asing (pada luka tembak)
§ Bayangan otot psoas
§ Udara bebas (intra – ekstraperitoneal)
4.
Paresentesis abdomen –
dilakukan pada trauma tumpul abdomen yang diragukan menimbulkan kelainan dalam
rongga abdomen.
5.
Lavase peritoneal – dilakukan
melalui kanula yang dimasukan lewat insisi kecil di garis tengah dibawah pusat
: bila pada aspirasi tidak keluar apa-apa. Dimasukan kira-kira 1000 ml larutan
NaC10,9 % luarkan lagi. Hasil positif bila ditemukan salah hal berikut.
§ Cairan yang keluar kemerahan
§ Terdapat empedu
§ Ditemukan bakteri atau eritrosit > 100.000 / mm
§ Ditemukan leukosit > 500 / mm
§ Ditemukan amilase > 100 / ml cairan
Penangan Trauma Abdomen
a. Airway dan breathing
Ini diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih
dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, ingat untuk memproritaskan
airway dan breathing terlebih dahulu.
b. Circulation
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa
pada fase pra-RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan yang
agresif.
c. Disability
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis selalu
periksa tingkat kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil anisokor
dan motorik yang lebih lemah satu sisi)
d. Apabila ditemukan usus
yang menonjol keluar, cukup dengan menutupinya
Dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering.
Apabila ada berada menancap, jangan dicabut, tetapi dilakukan fikasi
benda tersebut terhadap dinding abdomen.
e.
Mengawasi dan mengatasi
gangguan fungsi vital seperti syok atau gangguan jalan nafas.
-
infus cairan / transfusi darah
-
memelihara jalan nafas
-
memasang sonde lambung
f. Laparotomi dilakukan bila terdapat :
a. Luka tusuk dengan :
-
syok
-
tanda rangsang peritoneal
-
bising usus menghilang
-
prolaps isi abdomen
-
darah dalam lambung, buli-buli
atau rectum
-
udara bebas peritoneal
-
parasentesis abdomen / lavase
peritoneal posistif
-
Padaeksplorasi luka menembus
peritoneum
b. Luka tembak
c. Trauma tumpul dengan :
-
Syok
-
Tanda rangsang peritoneal
-
Darah dalam lambung, buli-buli
atau rectum
-
Udara bebas peritoneal
-
Parasentesis abdomen / lavase
peritoneal positif.
Selain kasus-kasus diatas penderita diobservasi selama 24 / 48 jam.
Laparotomi disini bertujuan mencari kerusakan organ melalui eksplorasi yang
sistematik. Pertama-tama diatasi terlebih dahulu perdarahan yang ada, baru
kemudian memperbaiki kerusakan organ yang ditemukan :
-
Kerusakan omentum direseksi
-
Kerusakan limpa diatasi
dengan splenektomi
-
Kerusakan hati dijahit atau
direseksi sebagian
-
Kerusakan organ berongga
(lambung, usus) ditutup secara sederhana (simple closure) atau direseksi
sebagian
-
Kerusakanmesenterium dijahit
-
Kerusakan pancreas juga dijahit
-
Kerusakan organ saluran kemih
(lihat bab trauma saluran kemih)
Beberapa Keadaan Yang Lain
1. Fraktur pelvis
Kadang-kadang
dapat dikenal dengan cepat :
-
Penderita mengeluh tungkainya
sakit bila digerakkan
-
Adanya jejas daerah pelvis
-
Terabanya “gap” (cekungan) pada
daerah simfinis pubis
-
Bila dilakukan tekanan pada
tulang pelvis akan teraba kropitasi tulang (tes kompresi)
Kadang-kadang pula diagnosa
sulit karena penderita kesadaranya menurun, dan terabanya krepitasi tulang.
Dapat pula terjadi bahwa penderita sedemikian dalam syok, sehingga
membingungkan akan sumber perdarahannya.
Bila suspek
fraktur pelvis maka dilakukan pemasangan gurita pelvis (atau ambulan paramedic
: PASG
2. Ruptur uretra
Pada trauma, biasanya ruptur
uretra disebabkan karena fraktur pelvis, pada keadaan ini, maka akan terlihat
keluarnya darah segar dari orificium uretra eksterna (lubang kencing) juga
mungkin ditemukan adanya hematoma (kebiruan) sekitar perineum dan skrotum.
Penderita bila ingin kencing,
sebaiknya dianjurkan untuk menahan kencing. Bila masa transportasi lama, dan
memerlukan pemasangan kateter uretra (DC), maka jangan dilakukan.
Bila melihat darah pada lubang kencing, jangan pasang DC. !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar