Sabtu, 01 September 2012

asuhan keperawatan trauma abdomen


Istilah trauma  abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen  yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering  beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Keputusan untuk melakukan  tindakan beda harus segara diambil karena setiap kelambatan akan menyebabkan penyulit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penegtahuan mengenai anatomi dan faal abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu sekian banyak kemungkinan penyebab trauma abdomen.
Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.




BAB  II
TINAJAUN  TEORITIS
Trauma  Abdomen

Pengertian
Bentuk trauma yang mengenai abdomen baik trauma tumpul atau tembus yang disebabkan oleh  kecelakaan atau disengaja yang menyebabkan cedera internal.
Menurut penyebabnya, trauma abdomen terbagi atas :
1.       Trauma tembus yaitu dengan penetrasi kedalam rongga abdomen : dapat disebabkan oleh kuat tusuk atau luka tembak.
2.       Trauma tumpul yaitu tanpa penetrasi kedalam rongga abdomen : dapat dikurangi dengan diagnosis dan tindakan segara; biasanya disebabkan oleh perdarahan atau peradangan dalam rongga abdomen.
Rongga abdomen memuat baik organ-organ yang padat maupun yang berongga. Trauma tumpul kemungkinan besar menyebabkan kerusakan yang serius pada organ yang padat, dan trauma penetrasi sebagian besar mengenao organ-organ berongga. Dignosis dini adalah penting pada trauma abdomen. Pasien memperlihatkan adanya cedera abdomen penetrasi fasia dalam peritoneal, ketidakstabilan hemodinamik, atau tanda-tandai dan gejala abdomen akut dilakukan eksplorasi dengan pembedahan. Pada kebanyakan kasus trauma abdomen lainnya.
Dilakukan lavase peritoneal diagnosis (LPD). LPD yang positif juga mengharuskan dilakukan eksplorasi pembedahan.
1.      Anatomi
Rongga abdomen di batasi oleh :
-        Atas      :           diagrafma
-        Bawah   :           pelvis
-        Depan   :           dinding lateral abdomen
-        Lateral   :           dindinglateral abdomen
-        Belakang           :           dinding belakang abdomen serta tulang belakang
Diagrafma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam rongga thoraks. Diagrafma ini turut dalam pernapasan pada inspirasi akan turun kebawah. Pada eksplorasi akan naik ke atas pada saat eksplorasi maksimal akan berada. Setinggi kira-kira interkostal 4 pada garis mid-klavikuler, yang kurang lebih sama dengan papilla mammae pada laki-laki.
Dengan demikian pada trauma thoraks, baik tumpul maupun tajam, bila ditemukan setinggi papilla mammae pada laki-laki harus selalu diwaspadai adanya trauma abdomen juga.
Organ intra-abdomen ada yang terdapat dalam rongga peritonium (intra peritonial) serta ada yang tidak dalam rongga peritonium (ekstra peritonial). Organ yang  terdapat ekstraperitonial adalah : ke-2 ginjal dan ureter, pancreas, duodenum, sebagian kecil kolon (trauma rektum) serta buli-buli (vesika urinaria). Uterus terletak ekstra peritonial.
Organ yang terlindung dalam kubah diagrafma adalah pada sisi kanan hepar, dan pada sisi kiri lien.
Organ yang terlindung dalam pelvis adalah rectum, buli-buli dan uterus. Dengan demikian organ yang tidak terlindung adalah usus halus dan sebagian besar kolon. Kedua ginjal karena letaknya yang didaerah belakang (dorsal ) relatif terlindung.
Hepar danlien tidak mempunyai  lumen (solid), dan trauma pada kedua organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam rongga peritonium keadaan ini dikenal sebagian hemoperitonium robekan usus juga dapat menimbulkan perdarahan intra peritonial.
Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen dengan demikian bila terjadi perporasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan menimbulkan peritonitis.
Bila yang masuk rongga peritonium adalah asam lambung maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala peritonitis sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalaj isi usus halus atau kolon, gejala akan timbul lebih lambat.
II.              Gejala dan tanda trauma abdomen
Pada hakekatnya gejala dan tanda yang menimbulkan dapat karena 2hal :
1.       Pecahnya organ solid
Hepar atau lien yang pecah akan menyebabkan perdarahan yang dapat bervariasi dari yang ringan sampai sangat berat, bahkan kematian.
Gejala dan tandanya adalah :
a.       Gejala perdarahan secara umum
Penderita tampak anemis (pucat). Bila perdarahan berat akan timbul gejala dan tanda dari syok hemorogik
b.       Gejala adanya darah intra peritonial
Penderita ajan merasa nyeri abdomen yang dapat bervariasi dari ringan sampai nyeri hebat.
Pada auskultasi bising biasanya usus menurun, yang bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena bising usus akan dapat menurun pada keadaan lain.
Pada pemeriksaan akan teraba bahwa abdomen nyeri tekan, kadang-kadang ada nyeri lepas dan lepas dan defans muscular (kekakuan otot) seperti pada peritonitis. Perut yang semakin membesar hanya akan ditemukan apabila perdarahan hebat dan penderita tidak gemuk. Pada perkusi akan dapat ditemukan pekak sisi yang meninggi.
2.       Pecahnya organ berlumen
Pecahnya gaster, usus halus atau kolon akan menimbulkan peritonitis yang dapat menimbulkan peritonitis yang dapat timbul cepat sekali (gaster) atau lebih lambat.
Pada pemeriksaan penderita akan mengeluh nyeri seluruh abdomen. Pada auskultasi bising usus akan menurun. Pada palpasi akan ditemukan akan ditemukan defans  muscular, nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada perkusi akan nyeri pula (nyeri ketok). Biasanya peritonitis bukan merupakan keadaan yang memerlukan penangan sangat segera, (berbeda dengan perdarahan intra peritonial)sehinggajarang menjadimasalah pada fase pra RS.
Apabila trauma tajam, maka kadang-kadang akan ditemukan bahwa ada organ intra-abdomen yang menonjol keluar (paling sering omentum, bisa juga usus halus atau kolon). Keadaan ini dikenal sebagai evariasi.
Trauma ginjal akan menyebabkan perdarahan yang tidak masuk rongga peritonium (organ ekstra – peritonial). Jarang, perdarahan dari ginjal akan menyebabkan syok (walaupun bisa). Gejala lain pada trauma ginjal adalah bahwa kebanyakan penderita ini akan kemerahan atau kencing darah (hematurial).
Pemeriksaan
v  Anamnesa yang selengkapnya mungkin, terutama mengenai terjadinya kecelakaan arah tusukan atau tembakan.
v  Pada pemeriksaan fisik:
1.      Mungkin ditemukan syok dan penurunan kesadaran.
2.      Jejas didaerah abdomen; pada luka tusuk, tembak dapat ditemukan pada prolaps isi abdomen.
3.      Adanya darah, cairan atau udara bebas dalam rongga abdomen penting dicari, terutama pada trauma tumpul :
a.       Tanda rangsangan peritoneal : nyeri tekan, nyeri lepas, kekakuan dinding abdomen, tanda kehr (refered pain didaerah bahu, terutama kiri).
b.       Shifting dullness, pekak hati menghilang
c.       Bising usus melemah/menghilang
Tanda rangsang peritoneum sering sukar dicari bila ada trauma penyerta, terutama pada kepala; dalam hal ini dianjurkan melakukan lavase peritoneal.
v  Pemeriksaan  lain:
1.       Rectal toucher-adanya darah menunjukkan kelainan usus besar
2.       Kuldosentesis-mencari adanya darah, cairan atau udara dalam rongga abdomen.
3.       Sonde lambung – mencari adanya darah dalam lambung, sekaligus mencegah aspirasi bila muntah
4.       Kateterisasi – mencari lesi saluran kemih.
v  Pemeriksaan penunjang
1.       Darah – Hb, Ht dan leukosit; pada perdarahan Hb dan Ht akan terus menurun, sedang jumlah leukosit akan terus meningkat; oleh karena itu pada kasus meragukan sebaiknya dilakukan pemeriksaan berkala.
2.       Urin- penting untuk  mengetahui adanya lesi saluran kemih
3.       Radiologik – tak perlu dilakukan bila indikasi laparotomisudah jelas.
Biasanya dilakukan foto polos abdomen dalam posisi tegak dan miring kekiri untuk melihat :
§  Keadaan tulang belakang dan panggul
§  Adanya benda asing (pada luka tembak)
§  Bayangan otot psoas
§  Udara bebas (intra – ekstraperitoneal)
4.       Paresentesis abdomen – dilakukan pada trauma tumpul abdomen yang diragukan menimbulkan kelainan dalam rongga abdomen.
5.       Lavase peritoneal – dilakukan melalui kanula yang dimasukan lewat insisi kecil di garis tengah dibawah pusat : bila pada aspirasi tidak keluar apa-apa. Dimasukan kira-kira 1000 ml larutan NaC10,9 % luarkan lagi. Hasil positif bila ditemukan salah hal berikut.
§  Cairan yang keluar kemerahan
§  Terdapat empedu
§  Ditemukan bakteri atau eritrosit > 100.000 / mm
§  Ditemukan leukosit > 500 / mm
§  Ditemukan amilase > 100 / ml cairan

Penangan Trauma Abdomen
a. Airway dan breathing
Ini diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, ingat untuk memproritaskan airway dan breathing terlebih dahulu.
b.   Circulation
Kebanyakan trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada fase pra-RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan yang agresif.
c.    Disability
Tidak jarang trauma abdomen disertai dengan trauma kapitis selalu periksa tingkat kesadaran (dengan GCS) dan adanya lateralisasi (pupil anisokor dan motorik yang lebih lemah satu sisi)
d.   Apabila ditemukan usus yang menonjol keluar, cukup dengan menutupinya
Dengan kasa steril yang lembab supaya usus tidak kering.
Apabila ada berada menancap, jangan dicabut, tetapi dilakukan fikasi benda tersebut terhadap dinding abdomen.
e.       Mengawasi dan mengatasi gangguan fungsi vital seperti syok atau gangguan jalan nafas.
-          infus cairan / transfusi darah
-          memelihara jalan nafas
-          memasang sonde lambung
f. Laparotomi dilakukan bila terdapat :
a.            Luka tusuk dengan :
-          syok
-          tanda rangsang peritoneal
-          bising usus menghilang
-          prolaps isi abdomen
-          darah dalam lambung, buli-buli atau rectum
-          udara bebas peritoneal
-          parasentesis abdomen / lavase peritoneal posistif
-          Padaeksplorasi luka menembus peritoneum
b.   Luka tembak
c.    Trauma tumpul dengan :
-          Syok
-          Tanda rangsang peritoneal
-          Darah dalam lambung, buli-buli atau rectum
-          Udara bebas peritoneal
-          Parasentesis abdomen / lavase peritoneal positif.
Selain kasus-kasus diatas penderita diobservasi selama 24 / 48 jam. Laparotomi disini bertujuan mencari kerusakan organ melalui eksplorasi yang sistematik. Pertama-tama diatasi terlebih dahulu perdarahan yang ada, baru kemudian memperbaiki kerusakan organ yang ditemukan :
-          Kerusakan omentum direseksi
-          Kerusakan limpa diatasi dengan  splenektomi
-          Kerusakan hati dijahit atau direseksi sebagian
-          Kerusakan organ berongga (lambung, usus) ditutup secara sederhana (simple closure) atau direseksi sebagian
-          Kerusakanmesenterium dijahit
-          Kerusakan pancreas juga dijahit
-          Kerusakan organ saluran kemih (lihat bab trauma saluran kemih)

Beberapa Keadaan Yang Lain
1.      Fraktur pelvis
Kadang-kadang dapat dikenal dengan  cepat :
-          Penderita mengeluh tungkainya sakit bila digerakkan
-          Adanya jejas daerah pelvis
-          Terabanya “gap” (cekungan) pada daerah simfinis pubis
-          Bila dilakukan tekanan pada tulang pelvis akan teraba kropitasi tulang (tes kompresi)
Kadang-kadang pula diagnosa sulit karena penderita kesadaranya menurun, dan terabanya krepitasi tulang. Dapat pula terjadi bahwa penderita sedemikian dalam syok, sehingga membingungkan akan sumber perdarahannya.
Bila suspek fraktur pelvis maka dilakukan pemasangan gurita pelvis (atau ambulan paramedic : PASG


2.      Ruptur uretra
Pada trauma, biasanya ruptur uretra disebabkan karena fraktur pelvis, pada keadaan ini, maka akan terlihat keluarnya darah segar dari orificium uretra eksterna (lubang kencing) juga mungkin ditemukan adanya hematoma (kebiruan) sekitar perineum dan skrotum.
Penderita bila ingin kencing, sebaiknya dianjurkan untuk menahan kencing. Bila masa transportasi lama, dan memerlukan pemasangan kateter uretra (DC), maka jangan dilakukan.
         Bila melihat darah pada lubang kencing, jangan pasang DC. !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar