Hemostasis
Komponen penting dalam sistem Hemostasis
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari
tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu
trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar terjadi
peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan jumlah
yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya sebagai
protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi perdarahan
dan trombosis.
Pembuluh darah
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam
sistem hemostasis. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis:
intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari (1) selapis sel endotel non
trombogenik yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah dan (2) membran
elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalannya
tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah. Adventitia
terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang
menyokong pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi
seringkali berupa terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan
kolagen subendotel dan membran basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis,
endotoksin sirkulasi, dan komplek antigen/antibodi sirkulasi.
Fungsi pembuluh darah meliputi permiabilitas yang
apabila meningkat akan berakibat kebocoran pembuluh darah fragilitas yang
apabila meningkat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan vaso konstriksi yang
menyebabkan sumbatan vaskuler.
Trombosit
Trombosit merupakan komponen sistem hemostasis
yang amat penting dan kompleks. Trombosit adalah kuntum sel yang dihasilkan
dari megakariosit. Trombosit tidak punya inti dan disusun dari suatu zona
perifer yang terdiri dari suatu
glukokaliks sebelah luar, membran plasma, dan suatu sistem kanalikuler yang
terbuka. Dalam zona perifer terdapat suatu zona "sol-gel" yang
tersusun dari mikrotubulus, mikrofilamen, tubulus yang padat dan trombostenin
yaitu protein trombosit yang dapat berkerut. Zona organel mengandung
bahan-bahan padat, granula alfa dan mitokondria. Trombosit berbentuk bulat
kecil atau cakram oval. Diameternya 2-4 mikron. Sel megakariosit yang
menghasilkan trombosit merupakan sel yang sangat besar dalam susunan hemopoitik
yang berada dalam sum-sum tuilang dan tidak meninggalkannya untuk memasuki
darah.
Konsentrasi normal trombosit dalam darah adalah
antara 150.000-350.000 mm kubik. Meskipun tidak mempunyai inti, trombosit
mempunyai ciri fungsional sebagai sebuah sel. Dalam sitoplasma terdapat molekul
aktif seperti : (1) aktin dan miosin yang menyebabkan trombosit berkontraksi,
(2) sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis enzim dan
menyimpan besar ion kalsium, (3) sistem enzim yang mampu membentuk ATP dan ADP,
(4) sistem enzim yang mensintesis prostaglandin, (5) suatu protein penting
yaitu faktor pemantap fibrin, dan (6) faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan
penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah. Pada membran sel
trombosit terdapat lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit bisa melekat
pada pembuluh darah yang luka, terutama pada sel endotel yang rusak dan
jaringan kolagen yang terbuka. Trombosit juga mengandung fosfolipid yang dapat
mengaktifkan salah satu sistem pembekuan darah yang disebut sistem intrinsik.
Pada membran trombosit terdapat enzim adenilat siklase yang bila diaktifkan
dapat menyebabkan pembentukan AMP siklik yang menggiatkan aktifitas dalam
trombosit. Jadi trombosit merupakan struktur yang sangat aktif, waktu paruhnya
8-12 hari setelah itu mati. Trombosit kemudian diambil dari sirkulasi, terutama
oleh makrofag jaringan. Lebih dari separuh trombosit diambil oleh makrofag pada
waktu darah melewati kisi trabekula yang tepat. (Guyton, 1997)
Protein darah
Protein darah yang terlibat dalam hemostasis
meliputi protein koagulasi, protein enzim fibrinolitik sistem kinin dan sistem
komplemen serta inhibitor yang terdapat pada sistem-sistem tersebut. Sistem
protein koagulasi terpusatkan pada tiga reaksi yaitu pada reaksi pembentukan
faktor Xa, reaksi pembentukan trombin, dan reaksi pembentukan fibrin. Protease
serin adalah faktor pembekuan yang diaktifkan pada reaksi pembentukan faktor Xa
dan bagian yang aktif untuk aktivitas enzim adalah asam amino serin. Pada
ketiga reaksi kunci tersebut memerlukan komponen-komponen seperti substrat,
enzim, kofaktor, fosfolipoprotein dan kalsium. (Sodeman, 1995)
Mekanisme Hemostasis
Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya
darah. Bila pembuluh darah mengalami cidera atau pecah, hemostasis akan
terjadi. Peristiwa ini terjadi melalui beberapa cara yaitu : vasokonstriksi
pembuluh darah yang cidera, pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah, dan
pertumbuhan jaringan ikat kedalam bekuan darah untuk menutup pembuluh yang luka
secara permanen. Kerja mekanisme pembekuan in vivo ini diimbangi oleh
reaksi-reaksi pembatas yang normalnya mencegah mencegah terjadinya pembekuan di
pembuluh yang tidak mengalami cidera dan mempertahankan darah berada dalam
keadaan selalu cair.
Vasokonstriksi pembuluh darah
Segera setelah pembuluh
darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak
menyebabkan dinding pembuluh berkontraksi sehingga aliran darah dari pembuluh
darah yang pecah barkurang. Kontraksi terjadi akibat refleks syaraf dan spasme
miogenik setempat. Refleks saraf dicetuskan oleh rasa nyeri atau lewat impuls
lain dari pembuluh darah yang rusak. Kontraksi miogenik yang sebagian besar
menyebabkan refleks saraf ini, terjadi karena kerusakan pada dinding pembuluh
darah yang menimbulkan transmisi potensial aksi sepanjang pembuluh darah.
Konstriksi suatu arterioul menyebabkan tertutupnya lumen arteri. (Guyton, 1997)
Pembentukan sumbat
trombosit
Perbaikan oleh trombosit terhadap pembuluh darah
yang rusak didasarkan pada fungsi penting dari trombosit itu sendiri. Pada saat
trombosit bersinggungan dengan pembuluh darah yang rusak misalnya dengan
serabut kolagen atau dengan sel endotel yang rusak, trombosit akan berubah
sifat secara drastis. Trombosit mulai membengkak, bentuknya irreguler dengan
tonjolan yang mencuat ke permukaan. Trombosit menjadi lengket dan melekat pada
serabut kolagen dan mensekresi ADP. Enzimnya membentuk tromboksan A, sejenis
prostaglandin yang disekresikan kedalam darah oleh trombosit. ADP dan
tromboksan A kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan sehingga dapat
melekat pada trombosit yang semula aktif. Dengan demikian pada setiap lubang
luka akan terbentuksiklus aktivasi trombosit yang akan menjadi sumbat trombosit
pada dinding pembuluh. (Guyton, 1997)
Pembentukan bekuan
darah
Bekuan mulai terbentuk dalam 15-20 detik bila
trauma pembuluh sangat hebat dan dalam 1-2 menit bila trauma pembuluh kecil.
Banyak sekali zat yang mempengaruhi proses pembekuan darah salah satunya
disebut dengan zat prokoagulan yang mempermudah terjadinya pembekuan dan
sebaliknya zat yang menghambat proses pembekuan disebut dengan zet
antikoagulan. Dalam keadaan normal zat antikoagulan lebih dominan sehingga
darah tidak membeku. Tetapi bila pembuluh darah rusak aktivitas prokoagulan
didaerah yang rusak meningkat dan bekuan akan terbentuk. Pada dasarnya secara
umum proses pembekuan darah melalui tiga langkah utama yaitu pembentukan
aktivator protombin sebagai reaksi terhadap pecahnya pembuluh darah, perubahan
protombin menjadi trombin yang dikatalisa oleh aktivator protombin, dan
perubahan fibrinogen menjadi benang fibrin oleh trombin yang akan menyaring
trombosit, sel darah, dan plasma sehingga terjadi bekuan darah.
a.
Pembentukan
aktivator protombin
Aktivator protombin dapat dibentuk melalui dua
jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan jalur intrinsik. Pada jalur ekstrinsik
pembentukan dimulai dengan adanya peristiwa trauma pada dinding pembuluh darah
sedangkan pada jalur intrinsik, pembentukan aktivator protombin berawal pada
darah itu sendiri.
Langkah-langkah mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan
1.
Pelepasan
tromboplastin jaringan yang dilepaskan oleh jaringan yang luka. Yaitu
fosfolipid dan satu glikoprotein yang berfungsi sebagai enzim proteolitik.
2.
Pengaktifan
faktor X yang dimulai dengan adanya penggabungan glikoprotein jaringan dengan
faktor VII dan bersama fosfolipid bekerja sebagai enzim membentuk faktor X yang
teraktivasi.
3.
Terjadinya
ikatan dengan fosfolipid sebagai efek dari faktor X yang teraktivasi yang
dilepaskan dari tromboplastin jaringan . Kemudian berikatan dengan faktor V
untuk membentuk suatu senyawa yang disebut aktivator protombin.
Gambar 1. Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembekuan
(Guyton, 1997)
Langkah-langkah mekanisme intrinsik sebagai awal pembekuan
1.
Pengaktifan
faktor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang terkena trauma.
Bila faktor XII terganggu misalnya karena berkontak dengan kolagen, maka ia
akan berubah menjadi bentuk baru sebagai enzim proteolitik yang disebut dengan
faktor XII yang teraktivasi.
2.
Pengaktifan
faktor XI yang disebabkan oleh karena faktor XII yang teraktivasi bekerja
secara enzimatik terhadap faktor XI. Pada reaksi ini diperlukan HMW kinogen dan
dipercepat oleh prekalikrein.
3.
Pengaktifan
faktor IX oleh faktor XI yang teraktivasi. Faktor XI yang teraktivasi bekerja
secara enzimatik terhadap faktor IX dan mengaktifkannya.
4.
Pengaktifan
faktor X oleh faktor IX yang teraktivasi yang bekerja sama dengan faktor VIII
dan fosfolipid trombosit dari trombosit yang rusak untuk mengaktifkan faktor X.
5.
Kerja dari
faktor X yang teraktivasi dalam pembentikan aktivator protombin. Langkah dalam
jalur intrinsic ini pada prinsipnya sama dengan langkah terakhir dalam jalur
ekstrinsik. Faktor X yang teraktivasi bergabung dengan faktor V dan fosfolipid
trombosit untuk membentuk suatu kompleks yang disebut dengan activator
protombin. Perbedaannya hanya terletak pada fosfolipid yang dalam hal ini
berasal dari trombosit yang rusak dan bukan dari jaringan yang rusak. Aktivator
protombin dalam beberapa detik mengawali pemecahan protombin menjadi trombin
dan dilanjutkan dengan proses pembekuan selanjutnya.
Gambar 2. Mekanisme instrinsik sebagai awal pembekuan
(Guyton, 1997)
b.
Perubahan
protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh activator protombin.
Setelah activator protombin terbentuk sebagai
akibat pecahnya pembuluh darah, activator protombin akan menyebabkan perubahan
protombin menjadi trombin yang selanjutnya akan menyebabkan polimerisasi
molekul-molekul fibrinogen menjadi benang-benang fibrin dalam 10-15 detik
berikutnya. Pembentukan activator protombin adalah faktor yang membatasi
kecepatan pembekuan darah. Protombin adalah protein plasma, suatu alfa 2
globulin yang dibentuk terus menerus di hati dan selalu dipakai untuk pembekuan
darah. Vitamin K diperlukan oleh hati untuk pembekuan protombin. Aktivator
protombin sangat berpengaruh terhadap pembentukan trombin dari protombin. Yang
kecepatannya berbanding lurus dangan jumlahnya. Kecepatan pembekuan sebanding
dengan trombin yang terbentuk.
c.
Perubahan
fibrinogen menjadi fibrin.
Trombin merupakan enzim protein yang mempunyai
kemampuan proteolitik dan bekerja terhadap fibrinogen dengan cara melepaskan 4
peptida yang berberat molekul kecil dari setiap molekul fibrinogen sehingga
terbentuk molekul fibrin monomer yang mempunyai kemampuan otomatis
berpolimerisasi dengan molekul fibrin monomer lain sehingga terbentuk retikulum
dari bekuan. Pada tingkat awal dari polimerisasi, molekul-molekul fibrin
monomer saling berikatan melalui ikatan non kovalen yang lemah sehingga bekuan
yang dihasilkan tidaklah kuat daan mudah diceraiberaikan. Oleh karena itu untuk
memperkuat jalinan fibrin tersebut terdapaat faktor pemantap fibrin dalaam
bentuk globulin plasma. Globulin plasma dilepaskan oleh trombosit yang
terperangkap dalam bekuan. Sebelum faktor pemantap fibrin dapat bekerja
terhadap benang fibrin harus diaktifkan lebih dahulu. Kemudian zat yang telah
aktif ini bekerja sebagai enzim untuk menimbulkan ikatan kovalen diantara
molekul fibrin monomer dan menimbulkan jembatan silang multiple diantara
benang-benang fibrin yang berdekatan sehingga menambah kekuatan jaringan fibrin
secara tiga dimensi.
Gambar 3. Mekanisme pembekuan darah (Ganong, 1995)
Gambar 4. Faktor-faktor pembekuan darah (Guyton, 1997)
Kelainan Patofisiologi
Hemostasis dan Pembekuan darah
Kelainan patofisiologis hemostasis dan pembekuan
darah bias disebabkan oleh defisiensi salah satu faktor pembekuan dan kelainan
jumlah trombosit. Perdarahan hebat dapat terjadi akibat defisiensi vitamin K,
hemofilia serta trombositopenia. Selain itu kelainan dapat terjadi akibat
adanya bekuan yang terbentuk secara abnormal seperti pada keadaan tromboembolus
pada manusia.
a.
Perdarahan
hebat akibat defisiensi vitamin K
Akibat kekurangan vitamin K, seseorang otomatis
akan mengalami penurunan protombin, faktor VII, faktor IX, dan faktor X. Hampir
seluruh faktor pembekuan dibentuk di hati. Oleh karena itu penyakit-penyakit
hati seperti hepatitis, sirosis, acute yellow tropy dapat menghambat system
pembekuan sehingga pasien mengalami perdarahan hebat. Vitamin K diperlukan
untuk pembentukan faktor pembekuan yang sangat penting yaitu protombin, faktor
IX, faktor X dan faktor VII. Vitamin K disintesis terus dalam usus oleh bakteri
sehingga jarang terjadi defisiensi. Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada
orang yang mengalami gangguan absorbsi lemak pada traktus gastrointestinalis.
Selain itu disebabkan juga karena kegagalan hati mensekresi empedu dalam
traktus intestinalis akibat obstruksi saluran empedu.
b.
Hemofilia
Hemofilia adalah kecenderungan perdarahan yang
hampir selalu terjadi pada pria yang disebabkan defisiensi faktor VIII yang
dikenal dengan nama hemofilia A atau hemofilia klasik. Faktor tersebut
diturunkan secara resesif melalui kromosom wanita. Oleh karena itu hampir
seluruh wanita tidak pernah menderita hemofilia karena paling sedikit satu dari duaa kromosom X nya mempunyai
gen-gen sempurna. Tetapi bila salah satu kromosom X nya mengalami defisiensi
maka akan menjadi carier hemofilia. Perdarahan pada hemofilia biasanya tidak
terjadi kecuali mendaapat trauma. Faktor pembekuan VIII terdiri dari dua
komponen yang terpisah. Komponen yang kecil sangat penting untuk jalur
pembekuan intrinsic dan defisiensi komponen ini mengakibatkan hemofilia klasik.
Tidak adanya komponen besar dari faktor pembekuan VIII menyebabkan penyakit
willebrand.
c.
Trombositopenia.
Trombositopenia berarti trombosit dalam system
sirkulasi jumlahnya sedikit. Penderita trombositopenia cenderung mengalami
perdarahan seperti pada hemofilia. Tetapi perdarahannya berasal dari kapiler
kecil bukan dari pembuluh yang besar seperti pda hemofilia. Sehingga timbul
bintik-bintik perdarahan pada seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita
menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu yang disebut dengan
trombositopenia purpura. Sebagian besar penderita trombositopenia mempunyai
penyakit yang dikenal dengan trombositopenia idiopatik yang berarti tidak
diketahui penyebabnya. Jumlah trombosit dalam darah dapat berkurang akibat
adanya abnormalitas yang menyebabkan aplasia sum-sum tulang. Penghentian
perdarahan dapat dicapai dengan memberikan tranfusi darah segar. Prednison dan
azatioprin yang bersifat menekan pembentukan antibodi bermanfaat bagi penderita
trombositopenia idiopatik.
d.
Keadaan
Tromboembolik pada Manusia
Bekuan yang abnormal yang terbentuk dalam pembuluh
darah disebut thrombus. Darah yang mengalir dapat melepaskan trombus itu
dari tempat perlekatannya, dan bekuan yang mengalir bebas dikenal dengan embolus.
Embolus akan terus mengalir sampai suatu saat tersangkut di pembuluh darah yang
sempit. Embolus yang berasal dari arteri besar atau jantung bagian kiri akan
menyumbat arteri sistemik atau arterioul. Embolus yang berasal dari system vena
dan jantung bagian kanan akan mengalir memasuki pembuluh paru dan menyebabkan
emboli dalam arteri paru. Penyebab timbulnya tromboembolus pada manusia adalah
arteriosclerosis, infeksi atau trauma yang menyebabkan permukaan endotel
pembuluh yang kasar. Hal tersebut dapat mengawali proses pembekuan. Sebab lain
adalah karena darah sering membeku bila mengalir sangat lambat, karana sejumlah
kecil trombin dan prokoagulan lain selalu dibentuk. Bekuan tersebut dihilangkan
dari peredaran darah oleh makrofag terutama sel kupfer di hati. Bila darah
mengalir terlalu lambat maka kadar prokoagulan meningkat sehingga proses
pembekuan akan dimulai. Karena pembekuan hampir selalu terjadi pada darah yang
terhambat alirannya dalam pembuluh dalam beberapa jam, maka imobilitas pasien
ditempat tidur ditambah dengan penyanggaan lutut dengan bantal sering
menimbulkan pembekuan intravaskular disebabkan bendungan darah vena tungkai
selama beberapa jam.
Bekuan tersebut bertambah besar terutama ke daerah
yang bergerak lamban kadang sampai mengisi seluruh panjang vena tungkai dan
bahkan tumbuh ke atas sampai ke vena iliaka komunis dan vena kava inferior.
Bagian besar dari bekuan terlepas dari perlekatannya pada dinding pembuluh
darah dan mengalir secara bebas mengikuti darah vena ke jantung bagian kanan
kemudian ke arteri pulmonalis menimbulkan emboli paru yang masif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hemostasis dan pembekuan darah merupakan salah
satu peristiwa penting yang terjadi dalam tubuh kita sebagai suatu mekanisme
pertahanan tubuh terhadap agensia. Istilah Hemostasis berarti pencegahan
hilangnya darah. Bila pembuluh darah mengalami cedera hingga pecah maka
peristiwa Hemostasis akan terjadi melalui proses spasme pembuluh darah,
pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah, dan pertumbuhan jaringan ikat ke
dalam bekuan darah untuk menutup lubang pembuluh secara permanen. Komponen dasar
pada peristiwa ini ada 3 yaitu pembuluh darah, trombosit dan protein darah.
Agar terjadi peristiwa Hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai jumlah
dan fungsi yang normal. Pembuluh darah dan protein darah juga sangat berperan
penting dalam fisiologi Hemostasis. Kelainan patofisiologi Hemostasis dan
pembekuan darah dapat terjadi karena kekurangan salah satu faktor pembekuan
seperti terjadinya perdarahan akibat kekurangaan vitamin K sehingga
mengakibatkan jumlah protombin, faktor VII, faktor IX dan faktor X berkurang.
Selain itu akan terjadi kelainan penyakit lain seperti hemofilia dan
trombositopenia. Keadaan tromboembolik pada manusia juga merupakan kelainan
patofisiologis Hemostasis yang mengakibatkan adanya bekuan abnormal pada
pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran .
Edisi 14. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 524-30
Gilvery, Robert W M C., Goldstein, Geral W. 1996.
Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3 Alih Bahasa Dr. Tri Martini Sumarno.
Surabaya : Penerbit AUP. Hal 376-87
Guyton, A., & Hall, J. 1997. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 9 Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
250-315
Kosasih. dr. E.N. 1982. Kapita Selekta Hematologi
Klinik. Penerbit Alumni. Jakarta. Hal 103-43
Sodeman. 1995. Patofisiologi : Mekanisme Penyakit.
Jakarta. Hal 373-82
Tidak ada komentar:
Posting Komentar