Pre eklamsia dan eklampsia
A. Latar Belakang
Pre eklamsia dan eklampsia merupakan
penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi.
Tingginya angka kejadian pre eklampsia merupakan faktor utama penyebab
timbulnya eklampsia yang dapat mengancam hidp ibu bersalin. Tingginya angka
kematian bulin sebagai akibat perkembangan dari pre eklampsia yang tidak
terkontrol memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka
kematian.
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah
sakit 3-5 % merupakan kasus pre eklampsia atau eklampsia ( Manuaba, 1998 ).
Dari kasus tersebut 6 % terjadi pada semua persalinan, 12 % terjadi pada primi
gravida. Masih tingginya angka kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran
umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat kesehatan masyarakat secara
umum.
Dengan besarnya pengaruh pre eklampsia
terhadap tingginya tingkat kematian bulin, maka sudah selayaknya dilakukan
upaya untuk mencegah dan menanganikasus-kasus pre eklampsia. Perawatan pada
bulin dengan preeklamsia merupakan salah satu usaha nyata yamg dapat dilakukan
untuk mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari pre
eklampsia tersebut.
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Instruksional Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan kepada
ibu bersalin dengan pre eklampsia
- Tujuan Instruksional Khusus
2.1.
Dapat melakukan pengkajian pada
ibu bersalin dengan pre eklampsia
2.2.
Dapat menentukan masalah
keperawatan pada ibu bersalin dengan pre eklampsia
2.3.
Dapat menetapkan perencanaan
pada ibu bersalin dengan pre eklampsia
2.4.
Dapat menerapkan rencana
perawatan pada ibu bersalin dengan pre eklampsia
2.5.
Dapat melakukan evaluasi pada
ibu bersalin dengan pre eklampsia
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan
makalah ini menggunakan metode stadi kasus dengan pengumpulan data secara
observasi langsung dan wawancara .
BAB II
TINJAUAN TEORI
I.
KONSEP DASAR TEORI
A.
PENGERTIAN
Per eklampsia
adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang
terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam Muctar, 1998 ).
B.
PATOFISIOLOGI
Pada pre
eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke
utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat
dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta
dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
II.
KONSEP DASAR ASKEP
A.
PENGKAJIAN
Data yang dikaji
pada ibu dengan pre eklampsia adalah :
- Data subyektif :
-
Umur biasanya sering terjadi
pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
-
Riwayat kesehatan ibu sekarang
: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah,
penglihatan kabur
-
Riwayat kesehatan ibu
sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
-
Riwayat kehamilan : riwayat
kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre
eklamsia atau eklamsia sebelumnya
-
Pola nutrisi : jenis makanan
yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan
-
Psiko sosial spiritual : Emosi
yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan
moril untuk menghadapi resikonya
-
- Data Obyektif :
-
Inspeksi : edema yang tidak
hilang dalam kurun waktu 24 jam
-
Palpasi : untuk mengetahui TFU,
letak janin, lokasi edema
-
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk
mengetahui adanya fetal distress
-
Perkusi : untuk mengetahui
refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )
-
Pemeriksaan penunjang ;
·
Tanda vital yang diukur dalam
posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
·
Laboratorium : protein uri
dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1
hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
·
Berat badan : peningkatannya
lebih dari 1 kg/minggu
·
Tingkat kesadaran ; penurunan
GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
·
USG ; untuk mengetahui keadaan
janin
·
NST : untuk mengetahui
kesejahteraan janin
B.
MASALAH KEPERAWATAN
a.
Resiko tinggi terjadinya kejang
pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
b.
Resiko tinggi terjadinya foetal
distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
c.
Gangguan rasa nyaman ( nyeri )
berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
d.
Gangguan psikologis ( cemas )
berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
C.
PERENCANAAN
Diagnosa
keperawatan I :
Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu
berhubungan dengan penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan
darah).
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak
terjadi kejang pada ibu
Kriteria
Hasil :
-
Kesadaran : compos mentis, GCS
: 15 ( 4-5-6 )
-
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah :
100-120/70-80 mmHg Suhu : 36-37 C
Nadi :
60-80 x/mnt RR : 16-20
x/mnt
Intervensi
:
- Monitor tekanan darah tiap 4 jam
R/. Tekanan
diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
- Catat tingkat kesadaran pasien
R/. Penurunan
kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
- Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
R/. Gejala
tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru yang
mendahului status kejang
- Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
R/. Kejang akan
meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya persalinan
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
R/. Anti
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya
kejang
Diagnosa
keperawatan II :
Resiko tinggi terjadinya foetal distress
pada janin berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak
terjadi foetal distress pada janin
Kriteria
Hasil :
-
DJJ ( + ) : 12-12-12
-
Hasil NST :
-
Hasil USG ;
Intervensi
:
- Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan
DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
- Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan
fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
- Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat
mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
- Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi
terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
- Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST
untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
Diagnosa
keperawatan III :
Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan
dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan lahir
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu
mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria
Hasil :
-
Ibu mengerti penyebab nyerinya
-
Ibu mampu beradaptasi terhadap
nyerinya
-
Intervensi
:
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien
R/. Ambang nyeri
setiap orang berbeda ,dengan demikian akan dapat menentukan tindakan perawatan
yang sesuai dengan respon pasien terhadap nyerinya
2. Jelaskan penyebab nyerinya
R/. Ibu dapat
memahami penyebab nyerinya sehingga bisa kooperatif
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan
nafas dalam bila HIS timbul
R/. Dengan nafas
dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
expansi paru optimal sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage pada
bagian yang nyeri
R/. untuk
mengalihkan perhatian pasien
Diagnosa keperawatan IV :
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan
dengan koping yang tidak efektif terhadap proses persalinan
Tujuan
:
Setelah dilakukan tindakan perawatan
kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria
Hasil :
-
Ibu tampak tenang
-
Ibu kooperatif terhadap
tindakan perawatan
-
Ibu dapat menerima kondisi yang
dialami sekarang
Intervensi
:
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat
kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian
sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
- Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan
terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu yang
maladaptif
- gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan
akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
- Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat
mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara lapang dada
asehingga dapat membawa ketenangan hati
D.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi
yang telah ditentukan.
E.
EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil
yang telah ditentukan.
thats postingnya
BalasHapus