MYASTHENIA GRAVIS
A.
Definisi
Myastenia gravis
merupakan gangguan yang mempengaruhi trasmisi neuromuskuler pada otot tubuh
yang kerjanya dibawah kesadaran seseorang (volunteer) . Karakteristik yang
muncul berupa kelemahan yang berlebihan dan umumnya terjadi kelelahan pada
otot-otot volunter dan hal itu dipengaruhi oleh fungsi saraf cranial (Brunner and Suddarth 2002)
Myasthenia gravis adalah
gangguan neuromuskuler yang mempengaruhi transmisi impuls pada otot-otot
volunter tubuh (Sandra M. Neffina 2002).
B.
Etiologi
Penyebaba gangguan ini
tidak diketahui, tetapi kemungkin terjadi karena gangguan atau destruksi
reseptor asetilkolin pada persimpangan neoromuskular akibat reaksi autoimun. Kontraksi otot mengalami kerusakan
menyebabkan kelemahan otot.
C.
Manifestasi Klinik
ü Kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami
kelelahan
ü Diplobia (penglihatan ganda)
ü Ptosis (jatuhnya kelopak mata)
ü Disfonia (gangguan suara)
ü Kelemahan diafragma dan otot-otot
interkosal progressif menyebabkan gawat napas.
D.
Diagnostik Test
1. Test serum anti bodi resptor ACh
yang positif pada 90% pasien.
2. Test tensilon : injeksi iv
memeperbaiki respon motorik sementara dan menurunkan gejala pada krisis
miastenik untuk sementara waktu memperburuk gejala-gejala pada krisis
kolinergik.
3. Test elektro fisiologis untuk menunjukan
penurunan respon rangsangan saraf berulang.
4. CT dapat menunjukan hiperplasia timus yang
dianggap menyebabkan respon autoimun.
E.
Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Dasar ketidk normalan pada
miastenia gravis adalah adanya kerusakan pada trasmisi inpuls saraf menuju
sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hilangnya reseptor normal membran
post sinaps pada sambungan neuromuskuler. Penelitian memperlihakan adanya
penurunan 70-90% reseptor asetilkolin pada sambungan neuromuskuler setiap individu.
Miastenia gravis dipertimbangkan sebagai penyakit autoimun yang bersikap
langsung melawan reseptor asetilkolin (AChR) yang merusak transmisi
neuromuskuler.
F.
Proses keperawatan
1.
Pengkajian
o
Disfungsi
sistem saraf
a) Gangguan penglihatan: diplopia dan ptosis
karena kelemahan okuler
b) Ekspresi wajah seperti topeng karena
keterlibatan otot-otot muka
c) Disafria atau disvagia karena kelemhan
faringeal dan laringeal.
o
Kelemahan
otot yang ekstrim dan mudah letih dengan aktivitas dan bicara yang berulang
o
Kemungkinan
keterlibatan pernapasan dengan penurunan kapasitas vital
2.
Diagnosa Keperawatan
o
Pola
napas tidak efektif yang berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan.
o
Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot volunter.
o
Resiko
terhadap aspirasi yang berhubungan dengan kelemahan otot-otot bulbar.
3.
Intervensi dan implementasi
Pemantauan
1) Pantau status pernapasan pasien untuk
melihat adanya kemumgkinan gagal napas dan krisis miastenik atau kolinergik.
2) Waspadai adanya tanda-tanda krisis yang mengancam
:
a) Distres pernapasan mendadak
b) Tanda-tanda disvagia, disarfria, ptosis
dan diplobia
c) Takikardia, ansietas
d) Pantau respon pasien terhadap terapi obat
3) Pantau respon pasien terhadap terapi obat
Perawatan penunjang
1) Berikam medikasi sehingga efek puncaknya
bersamaan dengan makan danaktivitas esensial.
2) Bantu pasien membuat jadwal aktivitas yang
realistik
3) Berikan periode istirahat untuk
meminimalkan keletihan
4) Berikan alat bantu untuk membantu pasien
melakukan aktivitas sehari-hari meskipun terjadi kelemahan.
5) Jika pasien menderita diplopia berikan penutp
mata untuk menggunakan mata yang lain untuk meminimalkan resiko terjatuh.
6) Untuk menghindari aspirasi :
a) Ajari pasien untuk memposisikan kepala
pada posisi sedikit fleksi untuk melindungi jalan napas ketika sedang makan
b) Sediakan alat pegisap sehingga pasien
dapat mengoprasikannya
c) Jika pasien sedang krisis atau mengalami
gangguan menelan berikan cairan iv dan makan melalui selang nasogastrik,
tinggikan kepala pada tempat tidur setelah pemberian makan
d) Jika pasien memakai ventilator mekanik
berikan pengisapan yang sering, kaji bunyi napas dan periksa, laporkan hasil
sinar-X dada.
7) Tunjukan pasien bagaimana caranya menahan
dagu dengan tangan untuk menopang rahang bawah untuk membantu berbicara
8) Jika bicara terganggu dengan sangat parah
anjurkan pasien untuk menggunakan metode komunikasi alternatif seperti kartu
flash atau papan huruf.
Pendidikan pasien dan pemeliharaan kesehatan
1) Instruksikan pasien dan keluarga berkaitan
dengan gejala krisis miastenia.
2) Ajari pasien cara-cara untuk mencegah
krisis dan memburuknya gejala;
a) Hindari terpajan flu dan inveksi lain
b) Hindari panas atau dingin yang berlebihan
c) Beritahu pasien untuk menginformasikan
pada dokter gigi tentang kondisi, karena penggunaan prokain (navokaine) tidak ditoleransi
dengan baik dan dapat mencetuskan krisis
d) Hindari kesedihan secara emosional
3) Ajari pasien dan keluarga berkaitan dengan
penggunaan pengisap rumah
4) Tinjau kembali masa puncak obat dan
bagaimana menjadwalkan akivitas untuk mendapatakn hasil yang baik
5) Tekankan pentingnya priode istirahat yang
terjadwal untuk menghindari keletihan
6) Anjurkan pasien untuk memakai gelang
kewaspaan medis.
- Evaluasi
1) Mencapai
fungsi pernapasan adekuat
a) Menunjukan frekuensi pernapasan dan
kedalaman pernapasan normal, dan kekuatan otot normal.
b) Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan.
c) Menyatakan bahwa tas resusitasi dan
pengisapan fortabel untuk digunakan dirumah.
d) Mengihindari situasi yang dapat
mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat memperberat gejala.
2) Beradaptasi
pada kerusakan mobilitas
a) Menetapkan program istirahat dan latihan
yang seimbang.
b) Mengidentifikasi tindakan untuk menghemat
energi.
c) Menggunakan alat-alat bantu
d) Menetapkan maantaati jadwal medikasi yang
memaksimalkan kekuatan otot.
3) Tidak mengalami aspirasi
a) Menunjukan bunyi napas normal
b) Makan dengan lambat dan memilih diet
(lunak) yanag sesuai.
c) Menetapkan jadwal medikasi yang sesuai
dengan waktu makan.
4) Mengalami pemulihan krisis miasteniak dan
kolinergik
a) Menyebutkan tanda dan gejala.
b) Mentaati program medikasi
c) Menggunakan gelang waspada medik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar