A. PENGERTIAN
Masa nifas (Puerperium) adalah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu :
6 – 8 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
- Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu setelah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
- Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
- Remute Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahun.
Dalam masa nifas, alat-alat
genetali interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni
hemokonsentrasi dan timbulnya laktsi. Yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogenik dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.
B. INVOLUSI ALAT-ALAT KANDUNGAN
- Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusio) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
Involusio
|
Tinggi Fundus Uterus
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba diatas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
100 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
- Bekas implantasi palsenta: plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm., dan akhirnya pulih.
- Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.
- Rasa sakit yang disebut after pain, (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat anti sakit.
- Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Ø Lochia rubra (cruenta) : berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Ø Lochia sanguinolenta : berwarna merah
kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3 – 7 pasca persalinan.
Ø Lochia serosa : berwarna kuning, cairan
tidak berdarah lagi, pada hari 7 – 14 pasca persalinan.
Ø Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah berbau busuk.
Ø Lochia statis : lochia tidak lancar keluarnya.
- Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, terkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil, setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
- Ligamen – ligamen : ligamen fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun.
- Endometrium :
Perubahan yang terdapat pada endometrium adalah timbulnya
trombosis
degenerasi dan nekrosis terutama di tempat
implantasi plasenta :
Ø Pada hari pertama tebalnya 2 – 5 mm,
permukaan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin.
Ø Setelah 3 hari permukaan mulai rata akibat
lepasnya sel-sel dari bagian-bagian yang mengalami degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas.
Ø Regenerasi endometrium terjadi dari
sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan
waktu 2 – 3 minggu.
C. HEMOKONSENTRASI
ada masa hamil didapat
hubungan pendek yang dikenal sebagai “shunt” antara sirkulasi ibu dan plasenta.
Setelah melahirkan, “shunt” akan hilang dengan tiba-tiba volume darah pada ibu
relatif bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat
menimbulkan dekompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah
kembali seperti semula.
D. LAKTASI
Perubahan-perubahan yang
terjadi pada kedua mammae antara lain sebagai berikut
- Proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolis mammae dan lemak.
- Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dikeluarkan berwarna kuning (kolostrum).
- Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae. Pembuluh-pembuluh vena berdilatsi dan tampak dengan jelas.
- Setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain hormon laktogenik (prolaktin) yang akan menyebabkan kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran air susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada
hari ke-2 sampai ke-3 postpartum, selain pengaruh hormonal tersebut, salah satu
rangsangan terbaik untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bayi itu
sendiri.
E. PERUBAHAN LAIN SAAT NIFAS
- After pain atau mules-mules sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang-kadang sangat mengganggu selama 2 – 3 hari postpartum. Perasaan mules ini lebih terasa bila wanita tersebut sedang menyusui, perasaan sakit ibupun timbul bila terdapat sisa-sisa dan selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah di dalam kavum uteri.
- Vital Sign :
Suhu :
-
saat partus lebih 37,20C
-
sesudah partus naik +
0,50C
-
12 jam pertama suhu kembali
normal
Nadi :
-
60 – 80 x/mnt
-
Segera setelah partus
bradikardi
Tekanan darah :
- TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan,
hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam
Vital
sign setelah kelahiran anak :
Temperatur
:
Selama 24 jam pertama mungkin
kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek
dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan
fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10
minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke
keadaan normal wanita sebelum persalinan.
Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah
semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba
setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan
penyebab masalah :L
♣
Diagnosa
sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C
(100,4F0)
♣
Kecepatan
rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat
perdarahan.
♣
Hipoventilasi
mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal)
blok.
♣
Tekanan
darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan,
bagaimana tanda terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang
merupakan sinyal tenaga medis.
- Sistem Muskuloskeletal ibu y6ang terjadi selama kehamilan merupak kebalikan dari puerperium, adaptasi termasuk relaksasi dan hipermobilisasi dan tulang-tulang, perubahan pusat gravitasi pada ibu disebabkan karena membesarnya uterus. Stabilisasi tulang-tulang komlit 6 -8 minggu setelah kelahiran.
- Sistem Integumen
Cloasma pada kehamilan
kadang-kadang menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi pada areola dan
linea ligra mungkin tidak susut hilang secara sempurna setelah kelahiran
beberapa wanita akan mempunyai kelebihan pigmen pada daerah tersebut secara
menetap. Bagian tanda pada dada, abdomen, pinggul dan paha mungkin menghilang,
tapi kadang-kadang tidak.
F. ADAPTASI PSIKOSOSIAL PADA POST PARTUM
Fase-fase transisi :
o
Fase antisipasi kehamilan :
Fase
antisipasi orang tua, membuat keputusan dan harapan, membagi pekerjaan dalam
keluarga.
o
Fase
bulan madu (periode post partum)
Kontak lebih lama dan intim, menggali keadaan anggota keluarga yang baru.
Menurut Rubin,
fase adaptsi ibu meliputi :
1.
Taking In
-
Dependet
-
Pasif
-
Fokus pada diri sendiri
-
Perlu tidur dan makan
2.
Taking Hold
-
Dependent
-
Independent
-
Fokus melibatkan bayi
-
Melakukan perawatan diri
sendiri
-
Waktu yang baik untuk
penyuluhan
-
Dapat menerima tanggungjawab
3.
Letting Go
-
independence pada peran yang baru
-
letting
go terjadi pada hari-hari terakhir pad minggu pertama persalinan.
Adaptasi psikologis ayah :
1.
Respon ayah :
-
Bangga
dan takut memegang bayi.
-
Diekspresikan
secara berbeda-beda, dekat dengan keluarga, mengadakan pesta dengan
teman-teman.
-
Pada waktu immediately ;
kelihatan lelah dan mengantuk.
-
Bila
ada komplikasi bayi, maka ayah akan mencari informasi untuk ibu dalam merawat
bayinya.
2.
Psikologis ayah :
Tergantung keterlibatan selama
proses kelahiran berlangsung. Biasanya ayah merasa lelah dan ingin selalu dekat dengan istri dan anaknya.
Bila ada masalah dengan bayinya dan harus dirawat terpisah dengan ibunya, maka
ayah merupakan sumber informasi bagi ibu mengenai anaknya. Dalam hal ini ayah
sering merasa khawatir tentang keadaan istri dan anaknya.
Ayah juga dapat mengalami post
partum blue karena masalah keuangan keluarga, merasa tidak yakin akan
kemampuannya sebagai orang tua dan kesulitan beradaptasi terhadap perubahan
hubungan dengan istrinya.
3.
Psikologi keluarga :
Kehadiran bayi yang baru lahir di dalam keluarga
menimbulkan adanya perubahan-perubahan paeran dan hubungan di dalam keluarga
tersebut. Umpamanya anak yang lebih besar sekarang menjadi kakak, orang tua
menjadi kakek, suami-istri harus saling membagi perhatian karena tuntutan dan
ketergantungan bayi dalam memenuhi kebutuhannya. Bila banyak anggota keluarga
yang dapat membantu dalam merawat bay, mungkin keadaannya tidal sesulit bila
tidak ada yang membantu.
Mengingat kompleksnya tugas-tugas ibu pada masa sesudah
melahirkan, dimana ibu harus merawat dirinya, merawat bayinya dan melakukan
tugas rumah tangga, maka perawat bidan bertanggungjawab untuk mempersiapkan ibu
sebelum melahirkan.
4.
Cara adaptsi Sibling :
ö
Ajak
saudara kandung jenguk ke rumah sakit
ö
Telepon
ö
Waktu pulang ; ayah memegang
bayi, ibu memegang peranan dalam siling
ö
Sibling
merawat boneka, ibu merawat bayi
ö
Jangan mengurangi waktu
ö
Beri
hadiah dari bayi untuk sibling
ö
Anjurkan pengunjung untuk
menegur sibling
G. PERAWATAN PASCA PERSALINAN
- Mobilisasi, karena lelah sehabis bersalin, ibu harus diistirahatkan tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis, tromboemboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan hari keempat dan kelima sudah diperbolehkan pulang.
- diet : makan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Miksi : hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dalam spasme otot iritasi sfingter ani selama persalinan, juga karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita hamil sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi.
- Defekasi : buang air besar harus dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras, dapat diberikan obat laksans peroral, atau per rektal, jika belum bisa lakukan klisma.
- Perawatan payudara (mamma) ; perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemah tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan dengan :
-
membebat payudara
- memberi obat estrogen untuk supresi LH.
Seperti tablet lynoral dan parlodel.
- Laktasi untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan.
- Cuti hamil dan bersalin ; menurut UU bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah bersalin.
- Pemeriksaan pasca persalinan
Pemeriksaan
post natal antara lain :
a)
Pemeriksaan umum ; TD, nadi,
keluhan dan sebagainya
b) Keadaan umum ; suhu badan, selera makan
dan lain-lain
c)
Payudara ; ASI, putting susu
d)
Dinding perut ; perineum,
kandung kemih dan rektum
e)
Sekret yang keluar; lochia,
flour albus
f)
Keadaan alat-alat kandungan
- Nasehat untuk ibu post partum
a) Fisioterapi postnatal sangat baik bila
diberikan
b)
Sebaiknya bayi disusui
c)
Kerjakan gimnastik setelah
bersalin
d)
Untuk kesehatan ibu, bayi dan
keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak
e) Bawalah bayi anda untuk memperoleh
imunisasi.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
→ Pengkajian
data dasar klien
Kontinuasi
progresif dari dasar data untuk tahap I.V
→ Aktivitas
istirahat
Insomnia
mungkin teramati
→ Sirkualsi
Episode
diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
→ Integritas
ego
Peka
rangsang, takut menangis (“post partum blues” sering terlihat kira-kira 3
hari setelah melahirkan
→ Eliminasi
Diuresis
diantara hari ke-2 dan hari ke-5
→ Makanan
/ cairan
Kehilangan
nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
→ Nyeri
/ ketidak-nyamanan
Nyeri
tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 post partum
→ Seksualitas
v Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
v Lochia rubra berlanjut sampai hari ke-2 & 3 berlanjut menjadi
lochia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misal ; rukemben, versus
ambulsi berdiri) dan aktivitas (misalnya menyusui)
v Payudara memproduksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu
matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui
dimulai
PRIORITAS KEPERAWATAN
- Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum
- Mencegah komplikasi
- Mendukung ikatan keluarga
- Memberikan informasi dan pedoman antisipasi
Tujuan pulang :
- Kebutuhan fisiologis / psikologis dipenuhi
- Komplikasi dicegah / teratasi
- Ikatan keluarga dimulai
- Kebutuhan pasca partum dipahami
→
Diagnosa keperawatan
1)
Nyeri (akut) ketidak-nyamanan
- Dapat dihubungkan dengan trauma mekanis,
ecioma/pembesaran jaringan atau distensi, efek hormonal.
- Kemungkinan dibuktikan oleh : melaporkan
kram (after pain), sakit kepala, ketidak-nyamanan perineal, dan nyeri tekan
payudara, perilaku melindungi/distraksi, wajah menunjukkan nyeri.
-
Hasil
yang diharapakan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi
ketidak-nyamanan dengan tepat. Mengungkapkan kurangnya
ketidak-nyamanan.
Intervensi
dan Rasional
a) Tentukan adanya lokasi dan sifat
ketidak-nyamanan. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran
R/ mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi
yang tepat.
b) Inspeksi perbaikan perineum dan
episiotomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau
kehilangan perlekatan jahitan (rujuk pada DK : infeksi, risiko tinggi terhadap
R/ dapat menunjukkan trauma pada jaringan perineal dan atau
terjadinya
kompliksi yang memerlukan evalusi / intervensi lanjut.
c)
Beri kompres es pada perineum,
24 jam pertama setelah kelahiran, selama 15 menit.
memberi anastesi lokal. Meningkatkan vasokonstriksi dan
mengurangi edema dan vasodilatsi
d) Berikan kompres panas lembab (misalnya
rendam duduk/bak mandi) diantara 1000 dan 1050F (380C
sampai 43,20C) selama 20 menit, 3 sampai 4 hari setelah 24 jam
pertama.
Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi
dan nutrisi
pada jaringan, menurunkan
edema dan menaikkan penyembuhan.
e) Anjurkan untuk duduk dengan otot gluteal
terkontraksi diatas perbaikan episiotomi.
R/ penggunaan pengencangan gluteal saat
duduk menurunkan stress dan tekanan langsung pada perineum.
f) Inspeksi payudara dan jaringan putting ;
kaji adanya pembesaran dan puting pecah-pecah.
R/ pada 24 jam pasca partum,
payudara harus lunak dan tidak perih, dan puting susu harus bebas dari
pecah-pecah atau area kemerahan.
g)
Anjurkan menggunakan bra
penyokong
R/ mengangkat payudara, mengakibatkan posisi lebih nyaman.
KOLABORASI
→
Berikan bromokriptin mesilat (parlodel) dua
kali sehari dengan makan selama 2-3 minggu, kaji hipertensi pada klien; tetap
bersama klien selama ambulasi pertama. Berikan informasi tentang kemungkinan
membengkaknya kembali payudara atau kongesti bila penggunaan obat dihentikan.
R/ bekerja untuk menekan
sekresi prolaktin, namun merupakan reseptor agonis dopamin dan dapat
menyebabkan hipotensi berat.
→
Berikan
analgesik 30-60 menit sebelum menyusui. Untuk klien yang tidak menyusui,
berikan analgesik setiap 3-4 jam selama pembesaran payudara dan afterpain.
R/ memberikan kenyamanan khususnya
selama laktasi, bila afterpain paling hebat karena pelepasan oksitosin
→
Berikan spesifik anastetik,
salep topikal, dan kompres wite hitel untuk perineum bila dibutuhkan.
R/
meningkatkan kenyamanan lokal.
→
Bantu
sesuai dengan kebutuhan dengan infeksi salin atau pemberian “blood paten” pada
sisi punksi aural. Pertahankan klien pada posisi
horizontal setelah prosedur.
R/ efektif untuk menghilangkan
sakit kepala spinal berat. Prosedur blood patch mempunyai keberhasilan 90%-100%
; menciptakan bekuan darah yang menghasilkan tekanan dan menyegel kebocoran.
2) Menyusui (tergantung apakah ibu bayi
menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan dengan pengalaman menyusui)
→
Dapat
berhubungan dengan ; tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi
bayi, tingkat dukungan struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
→
Kemungkinan
dibuktikan oleh : ungkapan ibu akan tingkat kepuasan, observasi proses
menyusui, respon/penambahan BB.
→
Hasil
yang diharapkan : klien akan mendemonstrasikan teknih menyusui, mengungkapkan
pemahaman tentang proses/situasi menyusui, menunjukkan kepuasan regimen
menyusui satu lain dengan bayi dipuaskan setelah menyusui.
Intervensi dan Rasional
a) Kaji pengetahuan dengan : tingkat pengetahuan,
pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan
saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
b) Tentukan sistem pendukung yang tersedia
pada klien, dan sikap pasangan/keluarga.
R/ mempunyai dukungan yang cukup meningkat kesempatan untuk
pengalaman menyusi dengan berhasil. Sikap dan komentar negatif mempengaruhi
upaya-upaya dan dapat menyebabkan klien menolak mencoba untuk menyusui.
c) Demonstrasikan dan tinjau ulang
teknik-teknik menyusui, perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama
menyusui.
R/ posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa
memperhatikan lamanya menyusui
d)
Kaji putting klien ; anjurkan
klien melihat putting sehabis menyusui
R/ identifikasi
dan intervensi dini dapat mencegah/membatasi terjadinya luka atau pecah putting
yang dapat merusak proses menyusui.
KOLABORASI
→
Rujuk
klien pada kelompok pendukung; misalnya posyandu
R/ memberikan bantuan terus-menerus untuk meningkatkan
kesuksesan hasil
→
Identifikasi
sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi misalnya program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA)
R/ pelayanan ini mendukung
pembinaan ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional.
3)
Cedera, risiko tinggi terhadap
→
Faktor
risiko dapat meliputi : biokimia, fungsi regulator, efek-efek anastesi,
tromboembolisme
→
Kemungkinan
dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda-tanda gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual)
→
Hasil
yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan pelaku untuk menurunkan
faktor-faktor risiko/melindungi diri. Bebas dari
komplikasi.
Intervensi
dan Rasional
a)
Tinjau ulang kadar Hb darah dan
kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat tanda-tanda anemia.
R/ anemia
adalah kehilangan darah mempredesposisikan sinkope klien karena
ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak
b) Biarkan klien duduk dilantai atau kursi
kursi dengan kepala diantara kaki atau berbaring pada posisi datar bila ia
merasa pusing.
R/ membantu mempertahankan atau meningkatkan sirkulasi dan
pengiriman oksigen ke otak
c) Berikan kompres panas lokal : meningkatkan
tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit
R/ merangsang sirkulasi dan menurunkan penumpukan pada vena di
ekstremitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan
KOLABORASI
→
Beri
MgSO4 melalui pompa infus, sesuai indikasi
R/ membantu matikan kepekaan serebral pada adanya titik atau
eklamsia
→
Berikan
kaos kaki penyokong atau balutan elastis untuk kaki bila risiko-risiko ada atau
gejala-gejala flebitis ada.
R/ menurunkan statis vena melalui aliran balik vena
→
Berikan
anti koagulan : evaluasi faktor-faktor koagulasi dan perhatikan tanda-tanda
kegagalan pembekuan
R/ meskipun biasanya tidak
diperlukan, anti koagulan dapat mencegah terjadinya trombus lebih lanjut.
4)
Infeksi, risiko tinggi terhadap
→
Faktor risiko dapat meliputi :
trauma jaringan/kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif, peningkatan
pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi
→
Kemungkinan
dibuktikan oleh : (tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk menegakkan
diagnosa aktual)
→
Hasil
yang diharapkan klien akan : mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan
risiko atau menaikkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase
purulen. Bebas dari infeksi, tidak febris dan mempunyai aliran lochia dan
karakter normal.
Intervensi dan Rasional
a) Kaji catatan pranatal dan antenatal,
perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah
dini, persalinan lama, hemoragi dan tertahannya plasenta
R/ membantu mengidentifikasi
faktor-faktor risiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan kemunduran
pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien terkena
infeksi.
b) Pantau suhu dan nadi secara rutin den
sesuai dengan indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
R/ kenaikan suhu sampai 100F
(38,30C) dalam 24 jam pertama sangat menandakan infeksi.
c)
Evaluasi
kondisi puting ; perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara.
R/ terjadinya fissura pecah-pecah pada
putting menimbulkan potensial risiko terkena mastitis.
5)
Eliminasi urin, perubahan
→
Dapat
dihubungkan dengan ; efek hormonal, trauma mekanis, edema jaringan, efek-efek
anastesi
→
Kemungkinan
dibuktikan oleh ; peningkatan pengisian/distensi kandung kemih, perubahan pada
jumlah/frekuensi berkemih.
→
Hasil
yang diharapkan klien akan ; berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah
kelahiran. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih
Intervensi
dan Rasional
a) Palpasi kandungan kemih, pantau tinggi
fundus uteri dan lokasi serta jumlah aliran lochia
R/ aliran plasma ginjal yang menaikkan 25% - 50% selama periode
pranatal, tetap tinggi pada periode pertama pasca partum, mengakibatkan
peningkatan pengisian kandung kemih.
b)
Perhatikan edema
laserasi/episiotomi dan jenis anatesi yang digunakan
R/ trauma
kandung kemih atau uretra, atau edema dapat mengganggu berkemih, anatesi dapat
mengganggu sensasi penuh pada kantong kemih
c)
Tes urin terhadap albumin dan
aseton
R/ proses katalitik dihubungkan dengan involusi uterus dapat
mengakibatkan protemuria (+) pada : 2 hari pertama pasca partum.
KOLABORASI
→
Kateterisasi,
dengan kateter lurus atau indwelling, sesuai indikasi
R/ mungkin perlu untuk mengurangi distensi kandung kemih
untuk memungkinkan involusi uterus, dan mencegah anatomi kandung kemih karena
distensi berlebihan.
→
Dapatkan
spesimen urin dengan menggunakan teknik penampungan yang bersih atau
kateterisasi.
R/ adanya bakteri atau kultur dan sensitifitas positif
adalah diagnosis ISK.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Moctar,
Rustam. Sinopsis obstruksi : Obstetri Fisiologis, obstetri patologis,
Edisi 2, Jilid 1. Jakarta.
EGC, 1998
2.
Bobak,
Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, Jakarta, EGC, 2004
3.
Wikojosostro,
Hanifa, Ilmu Kebidanan. Edisi 3, cetakan 3, Jakarta,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo, 1994.
4.
Doengus, Merillyn E. Rencana
Perawatan Maternal/bayi, Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan
Klien, edidi 2, jakarta, EGC, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar