A.
Pengertian :
1.
Terjadi akumulasi bilirubin
dalam darah yang ditandai dengan adanya joundice or icterus.
2.
Keadaan klinis dimana
ditemukannya warna kuning pada kulit dan mukosa yang disebabkan oleh pigmen
empedu.
B. Insidentil :
1.
Biasa ditemukan pada bayi baru
lahir à minggu I
2.
Kejadian ikterus à 60 % bayi cukup bulan & 80 % à kurang bulan
Perhatian
utama à ikterus pada 24 jam pertama
& bila kadar bilirubin >
5mg/dl dalam 24 jam.
3.
Keadaan yang menunjukkan
ikterus patologik :
-
Proses hemolisis darah
-
Infeksi berat
-
Ikterus > 1 mgg serta
bilirubin diketiak > 1 mgg / dl.
C. Etiologi :
1.
Hemolisis akibat
inkompatibilitas golongan darah A,B,O atau defisiensi enzim G6PD.
2.
Perdarahan tertutup.
3.
Inkompatibilitas golongan darah
Rh.
4.
Infeksi à utama terjadi pada penderita sepsis & gastroenteritis.
5.
Hipoksia / anoksia.
6.
Dehidrasi.
7.
Asidosis.
8.
Polisitemia.
9.
Physiologik ( perkembangan ) /
faktor prematur
10.
Menyusui / ASI.
11.
Kelebihan produksi bilirubin
(seperti penyakit hemolytik, kerusakan biochemikal).
12.
Gangguan kapasitas sekresi konyungasi
bilirubin dalam hati (seperti : defisiensi Enzyme, Obisitas, duktus empedu).
13.
Beberapa penyakit (seperti :
hypotiroidism, galaktosemia, diabetes ibu / bayi).
14.
Faktor genetik.
D. Pathofisiologi :
Destruksi Sel
Darah Merah
Protein plasma Bilirubin Hemoglobin
Akumulasi Globin Heme
Kejaringan
Joundice Iron - Unkonyugasi bilirubin
- Glukoronic acid
Konyugasi dari hati à enzim glucoronil transferase
Konyugasi
bilirubin
Glukoronicle
Empedu
Ekskresi Penyuatuan
bilirubin, urobilinogen & sterkobilin
Bilirubin Urobilinogen
menurun menurun Ekresi
(warna) pada feses
dalam feses dalam
urine dan
urine.
E. Penatalaksanaan
Tujuan
Utama : Mengendalikan kadar billirubin serum tidak mencapai nilai à kernikterus/ensefalopati biliaris.
Dengan cara merangsang
terbentuk glukoronil transferase à pemberian obat luminal.
Untuk menghambat
metabolisme billirubin:
-
Pemberian
substrat.
-
Pemberian
kolesteramin (mengurangi sirkulasi enterohepatik).
F. Asuhan Keperawatan.
PENGKAJIAN
§
Observasi
tanda-tanda joundice secara teratur.
§
Joundice
dipastikan dengan observasi warna kulit bayi head to toe, warna sklera dan
membran mukosa.
§
Tekanan
langsung pada kulit à terutama pada tulang yang menonjol seperti pada
tulang hidung/sternum.
§
Untuk kulit
bayi yang hitam à warna sklera, konjungtiva dan mukosa oral.
§
Observasi
sebaiknya dilakukan pada siang hari à warna natural.
KULIT
TANDA-TANDA JOUNDICE TAMPAK SEBELUM USIA
BAYI:
§
Ukuran
billirubin transcutaneus à untuk screening dan mendeteksi joundice pada
neonatus secara lengkap.
§
Phototerapi
dapat mengurangi joundice.
§
Sampel darah
(lab).
§
Riwayat
kesehatan masa lampau dari orang tua/saudara kandung bayi
(hyperbillirubinemia).
§
Adat istiadat
dari orang tua/keluarga.
§
Karakteristik
dari bayi seperti: BB yang berlebihan dan usia gestasi.
§
Pemberian dan
frekuensi minum.
TUJUAN PRINSIP DARI TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN HYPERBILLIRUBINEMIA DAN KELUARGA:
§
Bayi akan
mendapatkan terapi yang tepat untuk menurunkan serum billirubin.
§
Bayi akan
mengalami terapi yang tidak menimbulkan komplikasi.
§
Keluarga akan
mendapatkan support emotional.
§ Keluarga dapat melakukan phototerapi di rumah
(jika diperbolehkan).
TERAPI SINAR
§
Teori Terbaru
à Terapi sinar
Isomerisasi Billirubin :
-
mengubah
senyawa 4Z, 15Z-billirubin à senyawa bentuk 4Z, 15E Billirubin (merupakan
bentuk isomer) à mudah larut dalam plasma, mudah diekskresi oleh
hati à empedu. Cairan empedi à usus à peristaltik usus meningkat à billirubin keluar.
§
Terapi sinar
tidak efektif bila terjadi gangguan peristaltik, seperti : obstruklsi usus/bayi
dengan enteritis.
§
Terapi sinar
dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10 mg/dl dan bayi
denga proses hemolisis à ditandai dengan ikterus pada hari I.
§
Terapi sinar
dilakukan sebelum dan sesudah transfusi tukar.
§
Terapi sinar
terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam kotak yang
berventilasi, energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer), dengan jarak ± 50 cm. Dibagian bawah kotak lampu dipasang
fleksiglas biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk
penyinaran).
§
Saat
penyinaran à usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya,
posisi bayi diubah setiap 1 – 2 jam (menyeluruh).
§
Kedua mata
dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat memantulkan cahaya.
§
Kadar
billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala.
§
Dihentikan
bila kadar billirubin < 10 mg/dl.
§
Lamanya
penyinaran biasa/tidak > 100 jam.
§
Penghentian/peninjauan
kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
Ø Enteritis.
Ø Hypertermi.
Ø Dehidrasi.
Ø Kelainan kulit (ruam).
Ø Gangguan minum.
Ø Letargi.
Ø Iritabilitas.
TRANSFUSI TUKAR
TUJUAN
§
Menghindari
terjadinya ensefalopati biliaris à billirubin indirek à sawar darah otak.
§
Mengganti
eritrosit yang telah terhemolisis.
§
Membuang
antibodi yang menimbulkan hemolisis.
DILAKUKAN BILA:
§ Kadar billirubin indirek > 20 mg/dl.
§ Kadar billirubin tali pusat > 4 mg/dl.
§ Kadar Hb < 10 g/dl.
§ Bila terjadi peningkatan billirubin yang cepat 1
mg/dl tiap jam.
§ Transfusi darah dipertimbangkan bila pada bayi
menderita :
Ø Asfiksia.
Ø Sindrom gawat nafas.
Ø Asidosis metabolik.
Ø Kelainan SSP.
Ø BB
< 1500 gram.
Billirubin mudah melalui sawar darah otak
§ Bila billirubin disebabkan oleh inkompatibilitas
golongan darah Rh à menggunakan golongan darah O Rh (-).
§ Pada inkompatabilitas golongan darah ABO darah
yang dipakai golongan darah “O” Rh (+).
§ Jika tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi à golongan darah sama dengan bayi.
§ Jika tidak memungkinkan golongan darah “O” yang
kompatibel dengan serum ibu.
§ Jika tidak ada, golongan darah ‘O’ dengan titer A
atau anti B < 1/256.
§ Jumlah darah yang dipakai antara 140 – 180 ml/kg
BB.
§ Transfusi sebaknya melalui pembuluh darah
umbilikus.
§ Alat-alat yang dipersiapkan:
o
Kateter tali
pusat.
o
Larutan NaCl
– Heparin (4000 U Heparin dalam 500 ml cairan NaCl) à untuk mencegah terjadinya infeksi dan timbulnya bekuan darah.
o
Kran 3 cabang
dan jarum.
PENATALAKSANAANNYA
§ Terlebih dahulu mengambil 10 – 20 ml darah bayi à dikirim ke Lab untuk pemeriksaan serologik, biakan, G6PD dan Billirubin.
§ Transfusi dilakukan dengan menyuntikkan darah
secara perlahan sejumlah darah yang dikeluarkan.
§ Dilakukan bergantian à pengeluaran dan penyuntikkan sebanyak 10 – 20 ml setiap kali à untuk menghindari bekuan darah dan hypoxemia.
§ Setiap 100 ml transfusi dilakukan pembilasan
dengan larutan Na.Cl heparin & pemberian 1 ml kalsium glukomat.
§ Transfusi tukar dapat dilakukan berulang jika
bilirubin indirek pasca tranfusi > 20 mg / dl.
Perhatikan kemungkinan komplikasi transfusi
tukar seperti :
§ Asidosis.
§ Bradikardi.
§ Aritmia.
§ Henti jantung.
Komplikasi pasca transfusi :
§ Hiperkalemia.
§ Hipernatremia.
§ Hipoglikemia.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL :
1.
Resiko
terjadi injuri berhubungan dengan efek phototherapy imaturity hati &
kerusakan produksi sel darah merah.
2.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan jaudice, diare.
3.
Perubahan
temperatur tubuh berhubungan dengan usia, efek phototherapy.
4.
Gangguan
thermoregulasi tubuh berhubungan dengan immaturitas sistem thermoregulasi.
5.
Perubahan
volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake cairan
inadekuat, efek phototherapy ditandai dengan terjadinya diare.
INTERVENSI, IMPLEMENTASI KEPERAWATAN :
1.
Resiko terjadi injury
berhubungan dengan kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih banyak dari
normal) & immaturity hati & efek phototherapy.
Tujuan : Akan mendapatkantherapi yang tepat untuk mempercepat ekskresi bilirubin
Kriteria Hasil : 1. Bayi
dapat minum segera setelah lahir.
2. Bayi
terlindung dari sumber cahaya ( jika ditentukan ).
Intervensi :
1.
Anjurkan pada
ibu untuk segera memberikan ASI segera setelah lahir.
Rasional : Untuk meningkatkan ekskresi bilirubin melalui feses.
2.
Kaji kulit
untuk mengetahui tanda joundice.
Rasional : Untuk mengetahui peningkatan kadar bilirubin.
3.
Chek kadar
bilirubin dengan bilirubinometry transcutaneous.
Rasional : Untuk menetapkan peningkatan kadar bilirubin.
4.
Catat waktu /
awal terjadinya joundice.
Rasional : Untuk
membedakan joundice phisiologik (tampak setelah 24 jam) dengan Joundice yg
disebabkan oleh penyakit hemolytic/yg lain (tampak sebelum 24 jam).
5.
Kaji status
kesehatan bayi secara keseluruhan, terutama beberapa faktor (hypoxia,
hypothermia, hypoglikemi & metebolik asidosis).
Rasional : Hal
tersebut akan meningkatkan resiko kerusakan otak dari hyperbilirubinemia.
Tujuan : Tidak mengalami komplikasi dari phototherapy.
Kriteria Hasil : Pada bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda iritasi mata, dehidrasi,
ketidak stabilan temperatur, atau kerusakan kulit.
Intervensi :
1.
Melindungi
kedua mata bayi.
§
Buat penutup
mata khusus untuk melindungi mata bayi.
Rasional : Mencegah iritasi kornea.
§
Chek mata
bayi setiap shift untuk drainage (kekeringan mata) atau iritasi pada mata.
2.
Letakakn bayi
(telanjang) dibawah lampu.
Rasional : Agar pencahayaan maximum pada kulit.
3.
Lakukan
perubahan posisi sesering mungkin ( 1 – 2 jam ).
Rasional : Memperluas pencahayaan pada permukaan
tubuh.
4.
Monitor
temperatur tubuh (axilla).
Rasional : Untuk mendeteksi terjadinya hypothermi
/ hyperthermi.
5.
Rencanakan
lamanya therapi, type pencahayaan, jarak lampu dengan bayi, pembuka / penutup
tempat tidur & pelindung mata bayi.
Rasional : Dokumen yang tepat dari phototherapi.
6.
Dengan
bertambah seringnya bab, bersihkan daerah perianal.
Rasional : Untuk mencegah iritasi perianal.
7.
Pastikan
intake cairan adequt.
Rasional : Untuk mencegah dehydrasi.
LAPORAN KASUS
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 Juli
2002
1. IDENTITAS
Klien
Nama Klien :
By Ivon
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :
6 hari
Register :
10185083
Orang Tua :
Ayah Ibu
Nama :
Tn. Dimas Karuba : Ny. Ivon Karuba
Umur :
26 th :
28 th
Pendidikan :
SD : SD
Agama :
Islam : Islam
Alamat :
Pondok Benowo Indah A 10 / 6
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan Utama :
Riwayat penyakit :
Pada saat dikaji klien sudah dirawat di
Ruang Neonatologi selama 6 hari sejak tanggal 23 Juli 2002.
Riwayat perawatan di Ruang Neonatologi
RSUD Dr. Soetomo sebagai berikut:
Tgl
|
Keadaan Umum
|
Laboratorium
|
Tindakan
|
29/7/2002
|
|
|
|
30/7/2002
|
|
|
|
31/7/2002
|
|
|
|
1/8/2002
|
|
|
|
Riwayat
Persalinan
1. ANC
By. Ivon
merupakan anak pertama dari pasangan Tn. Dimas Karuba dan Ny. Ivon Karuba. Pada
saat mengandung By Ivon ibu selalu melakukan kontrol terhadap kehamilannya ke
Bidan, dengan frekwensi 5 kali hingga dilahirkan. Imunisasi saat kehamilan (TT)
dua kali. Ibu tidak pernah menderita sakit selama mengandung anaknya. Untuk
mempertahankan kondisinya Ny. Ivon Karuba secara teratur minum jamu yang dibeli
di warung. Keadaan ini hingga umur kehamilan cukup. Selama hamil ibu tidak
punya masalah dengan nafsu makan.
2. Perinatal
By Ivon
dilahirkan di RSUD Dr. Soetomo pada umur kehamilan 35 – 36 Minggu. Bayi lahir
spontan dengan letak belakang kepala. Berat badan lahir 2,5 kg panjang 50 cm
Lingkar kepala 32 cm dan lingkar dada 28 cm. Saat persalinan bayi langsung
menangis. Apgar skore 5 - 7.
3. Post natal
Sejak lahir
hingga umur 6 hari diberikan ASI + PASI.
3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK (PENGKAJIAN PERSISTEM).
1) Keadaan Umum:
Anak tampak
lemah, kuning dan kurus. Kesadaran baik, BB : 2,5 kg, PB : 50 cm, LK : 32 cm,
LD : 28 cm.
2) Sistem Pernafasan
Tidak tampak
kelainan pada bentuk dan fungsi hidung, kontraksi dada simetris tidak terlihat
retraksi. RR : 30 X/menit, Wh -/-, Rh -/-, Rales -/-,. Batuk tidak ada. Pilek
tidak ada.
3) Sistem Kardiovaskuler
S : 36, 5
derajat C, nadi : 128 X/mnt, akral hangat, kapilari refill 2-3 dt, konjunctiva
agak pucat, S1 dan S2 normal tubuh tampak lemah dan kuning.
4) Sistem Persyarafan
Bayi tidak punya
riwayat kejang. Tidak ditemukan kelainan pada fungsi susunan saraf pusat maupun
perifer termasuk terhadap fungsi saraf kranialis serta ektremitas.
5) Sistem Urogenital
Tidak ada
tanda-tanda gatal, panas ataupun nyeri pada genital maupun simpisis, tidak ada
perubahan pola kencing. Kencing warna kuning bening. Jumlah kencing tidak
pernah diperhatikan.
Tidak ditemukan
kelainan pada bentuk dan ukuran genital. Genital bersih.
6) Sistem Pencernaan
Gaster terdengan
suara agak redup, Bab + warna kuning kecoklatan dan lembek 1 kali sehari,
peristaltik normal. Tidak ditemukan kelainan pada anus. Tidak ditemukan
pembesaran kelenjar limfe.
7) Sistem Muskuloskeletal
Tidak ditemukan
gangguan dalam bentuk maupun fungsi dari ekstremitas atas dan bawah, tulang
intak.
8) Sistem integumen
Rambut kusam dan
jarang. Kulit tampak kuning dan kusam. Turgor baik, iritasi serta peradangan
tidak ada. Gatal-gatal tidak ada.
9) Sistem endokrin
Tidak ditemukan
keluhan khusus. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar tyroid. Belum dilakukan
pemeriksaan laboratorium yang menunjang tumbuh kembang anak seperti GH,
insulin, Tyroid.
10) Psikososial
Anak menagis
jika didekati oleh petugas kesehatan, anak lebih suka diam dan tiduran.
Komunikasi kurang, anak tampak lesu dan kurang bergairah. Anak malu jika badannya dibuka untuk pemeriksaan.
4. DIAGNOSTIC TEST
Darah lengkap
tanggal : 24 Juli 2002
-
Hb : 16,0
mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0
mg/dl)
-
Leukosit : 18.000 (4000 – 11.00).
Darah lengkap
tanggal : 28 Juli 2002
Faal Hati
-
Bilirubin Direk : 0,83
mg/dl (< 0,25 mg/dl)
-
Bilirubin Total : 21,3
mg/dl (< 1,00 mg/dl)
5. ANALISA MASALAH
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
S :
O :
Hasil
Pemeriksaan tanggal : 24 Juli 2002
-
Leukosit : 18.000.
Hasil
Pemeriksaan tanggal : 28 Juli 2002.
-
Bilirubin Direk : 0,83 mg/dl.
-
Bilirubin Total : 21,3 mg/dl
|
|
Resiko terjadi infeksi
|
S :
O :
|
Kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih
banyak dari normal) & immaturity hati & efek phototherapy.
|
Resiko terjadi injury
|
II. DiagnosA Keperawatan
1.
Resiko terjadi infeksi
2.
Resiko terjadi injury
berhubungan dengan kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih banyak dari
normal) & immaturity hati & efek phototherapy.
III. PERencanaAN
DiagnosA Keperawatan
|
Tujuan
|
INTERVENSI
|
Rasional
|
Resiko terjadi infeksi
|
Setelah dirawat selama 6 hari tidak
terjadi infeksi dengan kriteria:
- Suhu tubuh stabil 36,5-37
- Lab Normal.
|
1.
Observasi tanda vital seperti
S dan setiap 8 jam.
2.
Lakukan observasi terhadap
kelainan gastrointestinal secara teratur seperti pola bab.
3.
Kolaborasi pemberian terapi:
Ampicilin 2 X
125 mg
Netromicin 2 X
6,5 mg
Vit K 1 mg IM.
|
1.
Adanya perubahan terutama
suhu yang bersifat febris.
2.
Keluhan perut berupa diare
dan atau konstipasi merupakan pertanda perubahan peristaltik usus sebagai
akiba adanya kuman patogen di GI. Tract.
ASI dan PASI sangat diperlukan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam upaya mencegah infeksi.
3.
Broadspektrum antibiotika
untuk semua jenis kuman non spesifik
|
Resiko terjadi injury berhubungan dengan
kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih banyak dari normal) &
immaturity hati & efek phototherapy.
|
Tujuan : Akan mendapatkantherapi yang tepat untuk
mempercepat ekskresi bilirubin
Kriteria Hasil : 1. Bayi
dapat minum segera setelah lahir.
2. Bayi terlindung dari sumber cahaya (
jika ditentukan ).
|
1.
Anjurkan
pada ibu untuk segera memberikan ASI segera setelah lahir.
2.
Kaji kulit
untuk mengetahui tanda joundice.
3.
Chek kadar
bilirubin dengan bilirubinometry transcutaneous.
4.
Catat waktu
/ awal terjadinya joundice.
5.
Kaji status
kesehatan bayi secara keseluruhan, terutama beberapa faktor (hypoxia,
hypothermia, hypoglikemi & metebolik asidosis).
|
1.
Untuk
meningkatkan ekskresi bilirubin melalui feses.
2.
Untuk
mengetahui peningkatan kadar bilirubin.
3.
Untuk
menetapkan peningkatan kadar bilirubin.
4.
Untuk membedakan joundice
phisiologik (tampak setelah 24 jam) dengan Joundice yg disebabkan oleh
penyakit hemolytic/yg lain (tampak sebelum 24 jam).
5.
Hal tersebut akan
meningkatkan resiko kerusakan otak dari hyperbilirubinemia.
|
|
Tujuan :
Tidak mengalami komplikasi dari phototherapy.
Kriteria Hasil : Pada bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda
iritasi mata, dehidrasi, ketidak stabilan temperatur, atau kerusakan
kulit.
|
1.
Melindungi
kedua mata bayi.
§ Buat penutup mata khusus untuk melindungi mata
bayi.
§ Chek mata bayi setiap shift untuk drainage
(kekeringan mata) atau iritasi pada mata.
2.
Letakakn
bayi (telanjang) dibawah lampu.
3.
Lakukan
perubahan posisi sesering mungkin ( 1 – 2 jam ).
4.
Monitor
temperatur tubuh (axilla).
5.
Rencanakan
lamanya therapi, type pencahayaan, jarak lampu dengan bayi, pembuka / penutup
tempat tidur & pelindung mata bayi.
6.
Dengan
bertambah seringnya bab, bersihkan daerah perianal.
7.
Pastikan
intake cairan adequt.
|
1.
Mencegah
iritasi kornea.
2.
Agar
pencahayaan maximum pada kulit.
3.
Memperluas
pencahayaan pada permukaan tubuh.
4.
Untuk
mendeteksi terjadinya hypothermi / hyperthermi.
5.
Dokumen
yang tepat dari phototherapi.
6.
Untuk
mencegah iritasi perianal.
7.
Untuk mencegah dehydrasi.
|
IV. IMPLEMENTASI DAN Evaluasi
DiagnosA Keperawatan
|
Tanggal/Jam
|
IMPLEMENTASI
|
Evaluasi
|
Resiko terjadi infeksi
|
Senin, 29 Juli 2002
07.00 – 08.00
08.00-08.25
|
-Observasi keadaan umum.
Pemberian terapi:
Ampicilin 2 X 125 mg
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM
Observasi keadaan umum
|
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-), batuk (+), pilek (+), bab (+), lembek 1 kali Bak (+) warna kuning
jernih., suhu 36.5 o C, N : 128 X/mnt, RR : 20 x/mnt
Obat sudah disuntikkan
Reaksi (-)
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-),Bak (+) warna kuning jernih., suhu 37,5 o C, N : 112
X/mnt, RR : 24x/mnt
|
Resiko terjadi injury berhubungan dengan
kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih banyak dari normal) &
immaturity hati & efek phototherapy.
|
|
1.
Menganjurkan
pada ibu untuk segera memberikan ASI segera setelah lahir.
2.
Mengkaji
kulit untuk mengetahui tanda joundice.
3.
Menchek
kadar bilirubin dengan bilirubinometry transcutaneous.
4.
Mencatat
waktu / awal terjadinya joundice.
|
|
|
|
1.
Melindungi
kedua mata bayi.
§ Buat penutup mata khusus untuk melindungi mata
bayi.
§ Chek mata bayi setiap shift untuk drainage
(kekeringan mata) atau iritasi pada mata.
2.
Meletakakn
bayi (telanjang) dibawah lampu.
3.
Melakukan
perubahan posisi sesering mungkin ( 1 – 2 jam ).
4.
Memonitor
temperatur tubuh (axilla).
5.
Merencanakan
lamanya therapi, type pencahayaan, jarak lampu dengan bayi, pembuka / penutup
tempat tidur & pelindung mata bayi.
6.
Dengan
bertambah seringnya bab, bersihkan daerah perianal.
7.
Memastikan
intake cairan adequt.
|
|
|
Selasa, 30 Juli 2002
07.00 – 08.00
08.00-08.25
|
-Observasi keadaan umum.
Pemberian terapi:
Ampicilin 2 X 125 mg
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM
Observasi keadaan umum
|
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-),bab (+), lembek 1 kali Bak (+) warna kuning jernih., suhu 36.8 o
C, N : 100 X/mnt, RR : 20 x/mnt
Obat diminum habis
Reaksi (-)
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-), batuk (-)Bak (+) warna kuning jernih., Makan baik. Nyeri perut
(-)., suhu 36,5 o C, N : 112 X/mnt, RR : 24x/mnt
|
|
Rabu, 31 Juli 2002
07.00 – 08.00
08.00-08.25
12.00 – 12.25
|
-Observasi keadaan umum.
Pemberian terapi:
Ampicilin 2 X 125 mg
Netromicin 2 X 6,5 mg
Vit K 1 mg IM
Observasi keadaan umum
|
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-),bab (+), lembek 1 kali Bak (+) warna kuning jernih., suhu 36.5 o
C, N : 100 X/mnt, RR : 20 x/mnt
Obat diminum habis
Reaksi (-)
Kebersihan cukup, panas (-), mual (-),
sesak (-),Bak (+) warna kuning jernih, suhu 37,5 o C, N 100 X/mnt, RR : 24x/mnt
|
|
Kamis, 1 Agustus 2002
09.00
|
|
|
V. Catatan Perkembangan
DiagnosA Keperawatan
|
Hari/tanggal/jam
|
Perkembangan
|
Resiko terjadi infeksi.
|
|
S =
O = S=36,5 o C, N : 88
X/mnt, RR : 24 X/mnt.
Laboratorium belum di periksa ulang
A = infeksi tidak terjadi
P
= Intervensi dilanjutkan
|
Resiko terjadi injury berhubungan dengan
kerusakan produksi Sel Darah Merah (lebih banyak dari normal) &
immaturity hati & efek phototherapy.
|
|
S :
O :
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical
Practice, 7th. Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.
Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept,
Process and Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming
Publishing, New York.
Whaley and Wong (1997), Pediatric Nursing; Clinical Manual, Mosby
Year Book, Philadelpia.
Whaley and Wong (1996), Nursing Care of Infants and Children, 5 th Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar