ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH (LOW BACK PAIN / LBP) APLIKASI NANDA, NOC, NIC
A. Pengertian
Nyeri punggung bawah (NPB)
adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bagian bawah. Dapat merupakan
nyeri lokal maupun nyeri radi kuler atau keduanya.
Nyeri yang berasal dari punggung
bawah dapat terujuk kedaerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal
dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (reffered pain).
Sekitar 90% NPB akut maupun kronik
benigna, sembuh spontan dalam 4-6 minggu, cenderung berulang 15-20%
B. Etiologi
Penyebab pasti sebagian besar kasus
NPB benigna baik yang akut maupun kronik, sulit ditentukan, walaupun
diperkirakan kebanyakan karena sebab
mekanikal (bigos and mullor, 2001. Fordyce, 1995, long. 1999, skew. 2000)
NPB nyeri punggung bawah juga
disebabkan oleh kelainan muskuloskeletal, sistem syaraf, vaskuler, visceral dan
psikogenik.
C. Patofisiologi
1.
Mekanisme terjadinya nyeri pada
Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam
1
Nyeri Nosiseptif
2
Nyeri Neuropatik
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah
adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari
diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua
banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai
stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian
stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan
substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia
maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan
berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan
yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger
points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya
akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga
berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam
dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi
nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan
hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas nosiseptor ini disebut
nyeri nosiseptif.
2.
Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada
LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului
atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri
neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks
syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau
jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan
oleh tumor dan sebagainya.
Penanganan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a.
Penekanan hanya terjadi pada
selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari nervi nervorum, yang
menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut.
nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena
pergerakan.
b.
Penekanan sampai mengenai
serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron
sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas
SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor),
akumulasi saluran ion Natrium (SI-Na dan saluran ion baru di daerah lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru
didaerah lesi menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap
rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan
juga pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu
memperberat nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik
baik yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan
sebagainya, yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan
seperti hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri
ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena wind-up, LTP dan
perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada
nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan
cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid.
D. Manifestasi Klinik
Ø Nyeri punggung bagian
bawah
E. Komplikasi
F. Penatalaksanaan
1
Penata Laksanaan
Keperawatan.
-
Informasi dan edukasi.
-
Pada NPB akut : Imobilisasi
(lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas,
modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus),
alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
-
NPB kronik: psikologik,
modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi
otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas
2
Medis
a.
Formakoterapi.
-
NPB akut: Asetamenopen, NSAID,
muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain,
opioid) untuk nyeri radikuler
-
NPB kronik : antidepresan
trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin,
okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
b.
Invasif non bedah
-
Blok saraf dengan anestetik
lokal (radikulopati)
-
Neurolitik (alcohol 100%, fenol
30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
c.
Bedah
HNP, indikasi
operasi :
-
Skiatika dengan terapi
konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap /
progresif.
-
Defisit neurologik memburuk.
-
Sindroma kauda.
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak
berhasil
-
Terbukti adanya kompresi radiks
berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1
Neurofisiologik
-
Electromyography (EMG)
-
Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih
dari 3-4 minggu
-
Bila diagnosis radikulapati
sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan elektrofisiologik tidak
dianjurkan.
-
Somatosensory Evoked Potensial
(SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati spinal.
2
Radiologik
-
Foto polos.
-
Tidak direkomendasikan untuk
evaluasi rutin penderita NPB.
-
Direkomendasikan untuk
menyampingkan adanya kelainan tulang.
-
Mielografi, mielo-CT, CT-Scan,
Magnetik Resonance Imaging (MRI)
-
Diindikasikan untuk mencari
penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
-
Discography tidak
direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3
Laboratorium
-
Laju endap darah, darah perifer
lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid, fosfatase alkali / asam,
kalsium (atas indikasi)
-
Urinalisa, berguna untuk
penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
-
Likuor serebrospinal (atas
indikasi)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data fokus
yang perlu dikaji:
a. Riwayat kesehatan
1)
Riwayat Penyakit
a)
Keluhan Utama (keluhan yang
dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
b)
Riwayat penyakit sekarang
·
Diskripsi gejala dan lamanya
·
Dampak gejala terhadap
aktifitas harian
·
Respon terhadap pengobatan
sebelumnya
·
Riwayat trauma
c)
Riwayat Penyakit Sebelumnya
·
Immunosupression (supresis
imun)
·
Penurunan berat badan tanpa
penyebab yang jelas (kangker)
·
Nyeri yang menetap merupakan
pertimbangan untuk kangker atau infeksi.
·
Pemberatan nyeri di kala
terbaraing (tumor instraspinal atau infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia
nudeus pulposus / HNP)
·
Nyeri yang paling berat di pagi
hari (spondiloartropati seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis
psoriatic, spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
·
Nyeri pada saat duduk (HNP,
kelainan faset sendi, stenosis kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi
sakroilikal, spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
·
Adanya demam (infeksi)
·
Gangguan normal (dismenore,
pasca-monopause /andropause)
·
Keluhan visceral (referred
pain)
·
Gangguan miksi
·
Saddle anesthesia
·
Kelemahan motorik ekstremitas
bawah (kemungkinan lesi kauda ekwina)
·
Lokasi dan penjalaran nyeri.
b. Pemeriksaan fisik
1)
Keadaan Umum
2)
Pemeriksaan persistem
3)
Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan panca indera : penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecap, perasa)
4)
Sistem persarafan (Pemeiksaan
neurologik)
·
Pemeriksaan motorik
·
Pemeriksaan sens sensorik.
·
Straight leg Raising (SLR),
test laseque (iritasi radisks L5 atau S 1) cross laseque(HNP median) Reverse
Laseque (iritasi radik lumbal atas)
·
Sitting knee extension (iritasi
lesi iskiadikus)
·
Pemeriksaan system otonom
·
Tanda Patrick (lasi coxae) dan
kontra Patrick (lesi sakroiliaka)
·
Tes Naffziger
·
Tes valsava.
5)
Sistem pernafasan
(Nilai frekuensi nafas, kualitas,
suara, dan jalan nafas.)
6)
Sistem kardiovaskuler
(Nilai tekanan
darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi)
7)
Sistem Gastrointestinal
(Nilai
kemampuan menelan,nafsu makan, minum, peristaltic dan eliminasi)
8)
Sistem Integumen
(Nilai warna,
turgor, tekstur dari kulit pasien )
9)
Sistem Reproduksi
( Untuk pasien
wanita )
10)
Sistem Perkemihan
(Nilai
Frekuensi Bak, warna, bau, volume )
c. Pola fungsi kesehatan
1)
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
2)
Pola aktifitas dan latihan
(Cara berjalan : pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis))
3)
Pola nutrisi dan metabolisme
4)
Pola tidur dan istirahat
(Pasien LBP sering mengalami gangguan pola tidur dikarenakan menahan nyeri yang hebat)
5)
Pola kognitif dan perceptual
(Prilaku penderita apakah konsisten dengan keluhan
nyerinya (kemungkinan kelainan psikiatrik))
6)
Persepsi diri/konsep diri
7)
Pola toleransi dan koping
stress
((Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah
lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati untuk mengurangi rasa sakit
tersebut (kemungkinan infeksi. Inflamasi, tumor atau fraktur))
8)
Pola seksual reproduksi
9)
Pola hubungan dan peran
10)
Pola nilai dan keyakinan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back Pain
adalah :
1)
Nyeri akut b.d agen injuri
(fisik muskuloskeletal) dan system
syaraf vascular)
2)
Kerusakan mobilitas fisik b.d
nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan sendi, kontraktur)
3)
Gangguan pola tidur b.d nyeri,
tidak nyaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar