Kamis, 02 Agustus 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TB PARU


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN  TB PARU

 Pengertian
            Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi  yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tetapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah

 Etiologi

Penyebabnya adalah mycobacterium tuberculosis


 Manifestasi Klinik

            Pada stadium dini penyakit tuberculosis biasanya tidak tampak adanya tanda atau gejala yang khas. Tuberkulosis dapat didiagnosis hanya dengan fase tuberculin, pemeriksaan radiogram, dan pemeriksaan bakteriologik. Menurut CDC suatu kasus tuberculosis dapat dipastikan bila organisme  M. tuberculosis dapat diidentifikasi. Jika bakteri tidak diperoleh, maka laporan kasus tuberculosis dianggap benar bila hal-hal berikut ini dapat ditemukan :
1.      Prosedur diagnostik sudah dilakukan dengan lengkap (Reaksi Hipersensitivitas    berupa ; Tes tuberculin intradermal Mantoux, Tes tuberculin dengan suntikan jet, Tes tuberculin tusukan majemuk)
2.      Bukti adanya tuberculosis dengan pemeriksaan bakteriologik.
3.      Radiografik dada dengan hasil abnormal dan/atau bukti klinis akan adanaya    penyakit ini.
4.      Keputusan untuk memberikan satu paket terapi yang lengkap dengan dua atau lebih obat anti tuberculosis.
            Dengan berjalannya penyakit dan semakin banyaknya dekstruksi jaringan paru-paru, produksi sputum semakin banyak dan batuk dapat menjadi semakin berat. Biasanya tidak ada gejala nyeri dada dan batuk darah biasanya hanya dikaitkan dengan kasus-kasus yang sudah lanjut. Beberapa penderita mengalami batuk produktif, keletihan, lemah, keringat pada malam hari dan berat badan menurun mirip dengan tanda dan gejala bronchitis akut dan pneumoni

Penatalaksanaan
            Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka waktu lama. Obat-obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit klinis pada seorang yang sudah terjangkit infeksi. Agar pengobatan dapat berjalan efektif obat yang diberikan harus mamapu mengganggu fungsi vital kuman tuberculosis tanpa membahayakan klien,  Stead dan Bates  (1983) menekankan bahwa “pilihan terapi harus dipandu oleh prinsip-prinsip yang sudah diakui kebenarannya” adapun prinsip-prinsip tersebut adalah :
1.      Obat terpilih harus merupakan obat terhadap mana basil masih peka.
2.      Bahkan dalam suatu populasi basil yang umumnya masih peka, perubahan alami kearah resisten timbul pada setiap 1 dari 100.000 sampai 1juta organisme.
3.      Obat-obatan bakterisidal lebih disukai.
4.      Jika pengobatan yang diberikan kelihatan gagal maka penambahan satu macam obat lain hanya akan mengundang datangnya bencana.
5.      Terapi harus dilanjutkan cukup lama untuk eradikasi basil dalam tubuh.
6.      Semua obat harus diminum sebelum makan pagi dan dalam dosis tunggal agar dicapai suatu konsentrasi gabungan puncak yang memberikan efek maksimal terhadap basil diantaranya :
a.       Isoniazid
b.      Rifampicyn
c.       Pirazinamida
d.      Ethambutol
e.       Streptomicyn



Klasifikasi
            Klasifikasi TBC didasarkan pada hubungan yang luas antara parasit dan penderita, hubungan ini ditunjukkan dgn riwayat terjangkitnya penyakit, infeksi dan penyakit. Klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kategori atau kelas yg ditujukan untuk anak-anak dan dewasa.
      Kelas 0
      Tdk ada jangkitan TBC, tdk terinfeksi .
      Kelas 1
      Terpapar TBC, tdk ada bukti infeksi
      Kelas 2
      Ada infeksi TBC, tdk timbul penyakit
      Kelas 3
      TBC : saat ini sedang sakit, lokasi penyakit paru-paru, pleura, limfatik,     tulang dan atau sendi, kemih, kelamin, diseminata (milier), meningeal, peritoneal dll.
      Kelas 4
      TBC : Saat ini tdk sedang menderita penyakit, dalam pengobatan kemoterapi.
      Kelas 5
      Orang dicurigai mendapatkan TBC.

Pemeriksaan Diagnostik
1.                  Kultur sputum
2.                  Tes kulit.
3.                  Elisa/Western Blot
4.                  Foto thoraks
5.                  Histologi atau kultur jaringan
6.                  Biopsi jarum pada jaringan paru
7.                  GDA
8.                  Pemeriksaan fungsi paru.


          RENCANA KEPERAWATAN
No
Diagnosa keperawatan
Tujuan / kriteria
Rencana keperawatan
1


























2























3

Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan akumulasi sekret ditandai dengan
DS :
-          Klien mengeluh sesak nafas
-          Klien mengatakan mengeluarkan lendir
DO :
-          Frekuensi, irama.kedalaman tidak normal
-          Dispnoe
-          Bunyi nafas mengi, stridor









Resiko tinggi infeksi (penyebaran /aktifasi ulang) berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan kerja silia / stasis sekret ditandai dengan
DS :
-
DO :
-          Malnutrisi
-          Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen






Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya infeksi kronik ditandai dengan
DS :
-          Klien mengeluh tidak nafsu makan
DO :
-          Kelemahan
-          Berat badan dibawah 10 – 20 % ideal untuk bentuk tubuh dan berat
-          Tonus otot buruk
Jalan nafas dapat dipertahankan dengan kriteria
-          mengeluarkan sekret tanpa bantuan
-          Stridor tidak ada


















Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menularkan resiko penyebaran infeksi dengan kriteria
-          Klien mengetahui proses penyebaran penyakit












Menunjukkan peningkatan berat badan dengan kriteria

-          Tidak ada tanda tanda malnutrisi
-          Ada peningkatan berat badan
1.       Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman, serta penggunaan otot aksesoris
2.       Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa / batuk efektif; catat karakter, jumlah sputum dam hemoptisis
3.      Beri posisi semi atau fowler tinggi, bantu klien untuk batuk dan latihan
       nafas dalam
4.         Bersihkan sekret dari mulut dan trachea; pengisapan sesuai keperluan
5.         Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontradiksi


1.      Identifikasi orang lain yang beresiko, mis anggota rumah, teman
2.      Anjurkan kepada klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari untuk meludah
3.      Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, mis masker atau isolasi pernafasan
4.      awasi suhu sesuai indikasi
5.      Tekankan pentingnya untuk tidak menghentikan terapi obat
6.      Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi

1.      Catat status nutrisi klien pada penerimaan, catat turgor kuli, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan menelan, adanya tonus usus dll
2.      Pastikan pola diit biasa klien yang disukai / tak disukai
3.      Awasi masukan / pengeluaran dan berat badan secara periodik
4.      Berikan  perawatan mulut sebelum sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
5.      Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori tinggi protein




Tidak ada komentar:

Posting Komentar