ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESARIA TERHADAP NY. S DI POLI KEBIDANAN RSU BANYUMAS JAWA TENGAH APLIKASI NANDA, NOC, NIC
I.
Pengertian
Sectio
Saesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding rahim.
II. Jenis
1.
Bedah Caesar klasik /corporal.
2.
Bedah Caesar transperitoneal
profunda
3.
Bedah Caesar ekstraperitoneal
Yang paling banyak
dilakukan saat ini adalah SC transperitoneal profunda
dengan insisi dari segmen bawah uterus.
Keunggulan dari SC transperitoneal profunda :
1.
Perdarahan luka insisi tidak
terlalu banyak
2.
Bahaya peritonitis tidak terlalu
besar
3.
Parut pada uterus umumnya kuat
sehingga bahaya terjadi ruptur uteri di kemudian hari tidak besar karena dalam
masa nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi
seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
III. Indikasi
1.
Indikasi Ibu :
a. Panggul sempit
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan
obstruksi
c.
Stenosis serviks uteri atau vagina
d.
Plassenta praevia
e.
Disproporsi janin panggul
f.
Rupture uteri membakat
g.
Partus tak maju
h.
Incordinate uterine action
2.
Indikasi Janin
a)
Kelainan Letak :
-
Letak lintang
-
Letak
sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
-
Latak
dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
-
Presentasi
ganda
-
Kelainan
letak pada gemelli anak pertama
b) Gawat Janin
3.
Indikasi Kontra(relative)
a. Infeksi intrauterine
b. Janin Mati
c. Syok/anemia berat yang belum diatasi
d. Kelainan kongenital berat
IV. Tekhnik Pelaksanaan
1.
Bedah Caesar klasik /corporal.
a.
Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis
tengah korpus uteri diatas segmen bawah
rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban
dipecah. Janin dilahirkan dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan
tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat
diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian
segera disuntikkan uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
dengan cara :
·
Lapisan I : Miometrium tepat
diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan benang chromic
catgut no.1 dan 2
· Lapisan II : lapisan miometrium
diatasnya dijahit secara kasur horizontal ( lambert) dengan benang yang sama.
· Lapisan III : Dilakukan
reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur menggunakan
benang plain catgut no.1 dan 2
f.
Eksplorasi kedua adneksa dan
bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
g.
Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis.
2.
Bedah Caesar transperitoneal
profunda
a.
Plika vesikouterina diatas segmen
bawah rahim dilepaskan secara melintang, kemudian secar tumpul disisihkan
kearah bawah dan samping.
b.
Buat insisi secara tajam dengan
pisau pada segmen bawah rahim kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika
vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih
sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
c.
Stetlah cavum uteri terbuka kulit
ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan cara meluncurkan kepala janin
melalui irisan tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan
kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali
pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara kedua klem tersebut.
f.
Plasenta
dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali
dengan cara :
· Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara
silang dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
· Lapisan II : lapisan miometrium
diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan benang yang sama.
· Lapisan III : Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur menggunakan benang plain catgut
no.1 dan 2
h.
Eksplorasi kedua adneksa dan
bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
i.
Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis.
3.
Bedah Caesar ekstraperitoneal
a.
Dinding perut diiris hanya sampai
pada peritoneum. Peritoneum kemudia digeser kekranial agar terbebas dari
dinding cranial vesika urinaria.
b.
Segmen bawah rahim diris melintang
seperti pada bedah Caesar transperitoneal profunda demikian juga cara
menutupnya.
4.
Histerektomi Caersarian (
Caesarian hysterectomy)
a.
Irisan uterus dilakukan seperti
pada bedah Caesar klasik/corporal demikian juga cara melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan
uterus dihentikan dengan menggunakan klem secukupnya.
c. Kedua adneksa dan ligamentum rotunda
dilepaskan dari uterus.
d.
Kedua
cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2) pada tepi segmen
bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas kedua klem tersebut.
e.
Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang
pertama. Perdarahan pada tunggul serviks uteri diatasi.
f.
Jahit cabang arteria uterine yang
diklem dengan menggunakan benang sutera no. 2.
g.
Tunggul serviks uteri ditutup
dengan jahitan ( menggunakan chromic catgut ( no.1 atau 2 ) dengan sebelumnya
diberi cairan antiseptic.
h.
Kedua adneksa dan ligamentum
rotundum dijahitkan pada tunggul serviks uteri.
i.
Dilakukan reperitonealisasi sertya
eksplorasi daerah panggul dan visera abdominis.
j.
Dinding abdomen dijahit lapis demi
lapis
V. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SC
1.
SC elektif : pembedahan
direncanakan terlebih dahulu , karena segala persiapan dapat dilakukan dengan
baik.
2.
Anestesia : anestesia umum akan
mempengaruhi defensif pada pusat pernafasan janin, anestesi spinal aman buat
janin tetapi ada kemungkinan tekanan darah ibu menurun yang bisa berakibat bagi
ibu dan janin sehingga cara yang paling aman adalah anestesi local, tetapi
sering tidak dilakukan karena mengingat sikap mental penderita.
3.
Transfusi darah : pada umumnya SC
perdarahannya lebih banyak disbanding persalinan pervaginam, sehingga perlu
dipersiapkan.
4.
Pemberioan antibiotik : pemberian
antibiotik sangat dianjurkan mengingat adanya resiko infeksi pada ibu.
VI. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1.
Infeksi puerperial : kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas (ringan), atau sedang, yang berat bisa
berupa peritonitis, sepsis.
2.
Perdarahan : perdarahan banyak
bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut
terbuka atau karena atonia uteri.
3.
Komplikasi-komplikasi lainnya
antara lain luka kandung kencinmg, embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4.
Kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
- Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
- Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
- Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
- Retensi urine berhubungan dengan spinkter yang kuat dan kaku
- Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO |
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PERENCANAAN
|
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
||
|
|
|
|
1.
|
Nyeri akut
b.d agen injuri fisik (luka insisi operasi)
|
NOC: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk
Mengontrol nyeri
dengan indikator:
-
Mengenal factor-faktor penyebab
nyeri
-
Mengenal onset nyeri
-
Melakukan tindakan pertolongan
non-analgetik
-
Menggunakan analgetik
-
Melaporkan gejala-gejala kepada
tim kesehatan
-
Mengontrol nyeri
Keterangan:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 =kadang-kadang dilakukan
4 =sering dilakukan
5 = selalu dilakukan pasien
Menunjukan tingkat nyeri
Indikator:
-
Melaporkan nyeri
-
Melaporkan frekuensi nyeri
-
Melaporkan lamanya episode nyeri
-
Mengekspresi nyeri: wajah
-
Menunjukan posisi melindungi
tubuh
-
kegelisahan
-
perubahan respirasi rate
-
perubahan Heart Rate
-
Perubahan tekanan Darah
-
Perubahan ukuran Pupil
-
Perspirasi
-
Kehilangan nafsu makan
Keterangan:
1 : Berat
2 : Agak berat
3 : Sedang
4 : Sedikit
5 : Tidak ada
|
Manajemen Nyeri
-
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi,
karakteristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
-
observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
dalam ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
-
Berikan analgetik sesuai dengan
anjuran
-
Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
nyeri
-
Kaji latar belakang budaya pasien
-
Tentukan dampak dari ekspresi
nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu makan, aktifitas kognisi,
mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran
-
Kaji
pengalaman individu terhadap nyeri,
keluarga dengan nyeri kronis
-
Evaluasi tentang keefektifan
dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
-
Berikan
dukungan terhadap pasien dan keluarga
-
Berikan
informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
pencegahan
-
kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
(seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
-
Anjurkan pasien untuk memonitor
sendiri nyeri
-
Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi,
aplikasi panas-dingin, massase)
-
Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
-
Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
-
Tingkatkan tidur/istirahat yang
cukup
-
Anjurkan
pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
-
Beritahu
dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
-
Informasikan
kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi
dilakukan, untuk pendekatan preventif
-
Monitor
kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
-
Tentukan
lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
-
Berikan obat dengan prinsip 5
benar
-
Cek riwayat alergi obat
-
Libatkan
pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan
-
Pilih
analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah
diresepkan
-
Tentukan
pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
-
Monitor tanda-tanda vital,
sebelum dan sesuadah pemberian analgetik
-
Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
-
Dokumentasikan
respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya
-
Lakukan
tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)
|
2.
|
Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen
|
Setelah dilakuakan
asuhan keperawatan selama 2x24 jam pasien dapat memperoleh
1.Pengetahuan:Kontrol infeksi
Indikator:
- Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
- Menerangkan factor-faktor yang berkontribusi
dengan penyebaran
- Menjelaskan tanda-tanda dan gejala
-
Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan
resistensi terhadap infeksi
Keterangan:
1 : tidak pernah
2 : terbatas
3 : sedang
4 : sering
5 : selalu
2.Status Nutrisi
- Asupan nutrisi
- Asupan makanan dan cairan
- Energi
- Masa tubuh
- Berat badan
Keterangan:
1 : sangat bermasalah
2 : bermasalah
3 : sedang
4 : sedikit bermasalah
5 : tidak bemasalah
|
Kontrol Infeksi
-
Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
-
Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
-
Batasi
jumlah pengunjung
-
Ajarkan cuci
tangan untuk menjaga kesehatan individu
-
Anjurkan
pasien untuk cuci tangan dengan tepat
-
Gunakan
sabun antimikrobial untuk cuci tangan
-
Anjurkan
pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah meninggalkan ruangan
pasien
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien
-
Lakukan
universal precautions
-
Gunakan
sarung tangan steril
-
Lakukan
perawatan aseptic pada semua jalur IV
-
Lakukan
teknik perawatan luka yang tepat
-
Ajarkan
pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
-
Tingkatkan
asupan nutrisi
-
Anjurkan
asupan cairan yang cukup
-
Anjurkan
istirahat
-
Berikan
terapi antibiotik
-
Ajarkan
pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi
-
Ajarkan
pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah infeksi
|
3.
|
Kurang pengetahuan tentang perawatan ibu nifas dan perawatan post
operasi b/d kurangnya sumber informasi
|
1.
Pengetahuan : proses penyakit
-
Mengenal nama penyakit
-
Deskripsi proses penyakit
- Deskripsi faktor penyebab atau faktor
pencetus
-
Deskripsi tanda dan gejala
-
Deskripsi cara meminimalkan
perkembangan penyakit
-
Deskripsi komplikasi penyakit
-
Deskripsi tanda dan gejala
komplikasi penyakit
-
Deskripsi cara mencegah
komplikasi
Skala :
1 : tidak ada
2 : sedikit
3 : sedang
4 : luas
5 : lengkap
2.
Pengetahuan : prosedur perawatan
-
Deskripsi prosedur perawatan
-
Penjelasan tujuan perawatan
-
Deskripsi langkah-langkah
prosedur
- Deskripsi adanya pembatasan
sehubungan dengan prosedur
-
Deskripsi alat-alat perawatan
Skala :
1 : tidak ada
2 : sedikit
3 : sedang
4 : luas
5 : lengkap
|
1.
Pembelajaran : proses penyakit
-
Kaji
tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
-
Jelaskan patofisiologi penyakit
dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi tubuh
-
Deskripsikan
tanda dan gejala umum penyakit
-
Identifikasi kemingkinan
penyebab
-
Berikan informasi tentang
kondisi klien
-
Berikan informasi tentang hasil
pemeriksaan diagnostik
-
Diskusikan tentang pilihan
terapi
-
Instruksikan
klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada petugas
2.
Pembelajaran :
prosedur/perawatan
-
Informasikan klien waktu
pelaksanaan prosedur/perawatan
-
Informasikan klien lama waktu
pelaksanaan prosedur/perawatan
-
Kaji
pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
-
Jelaskan tujuan
prosedur/perawatan
-
Instruksikan klien untuk
berpartisipasi selama prosedur/perawatan
-
Jelaskan
hal-hal yang perlu dilakukan setelah prosedur/perawatan
|
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari Saifuddin,, 2001 , Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Abdul Bari Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta
Hacher/Moore, 2001, Esensial Obstetric Dan Ginekologi,
Hypokrates , Jakarta
Iowa Outcome Project, 2000, Nursing
Outcome Classification (NOC), Mosby-Year Book
Iowa Intervention Project, 1996, Nursing
Intervention Classification (NOC), Mosby-Year Book
Manuaba,Ida
Bagus Gede, 1998, Ilmu Kebidanan,Penyakit
Kandungan Dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta
Marlyn Doenges,Dkk, 2001,Rencana Perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Sarwono, 1989, Ilmu Bedah Kebidanan, Yayasan Sarwono, Jakarta.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
PERIODE POST PARTUM DENGAN SECTIO CAESARIA
1.
Data Demografi
Nama Klien : Ny S
Umur Klien : 26 th
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Sampang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medik : Post
SC
Tgl Masuk RS : 19 Oktober 2005
No RM : 00271371
Tgl Pengkajian : 19 Oktober 2005
2.
Keluhan Utama Saat Ini
Nyeri pada luka
SC
3.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit Jantung, Hipertensi dan Diabetes Mellitus,
klien juga mengatakan belum pernah dirawat di Rumah Sakit.
4.
Riwayat Persalinan Dan
Kelahiran Saat Ini
Klien dilakukan
operasi Sectio Caesaria dengan indikasi persalinan kala II tak maju.
5.
Data Bayi Saat Ini
Bayi laki-laki dilahirkan per abdominal
tgl 12 Oktober 2005 dengan keadaan
hidup, tidak ada cacat bawaan. Jenis kelamin perempuan, BBL : 2700 gr, PB : 46
cm. Bayi mau menyusu dan reflek hisap bagus.
6.
Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan pada keluarga tidak
ada riwayat penyakit ginjal, jantung, asma maupun DM.
7.
Riwayat Obstetri
Operasi ini
adalah pengalaman pertama persalinan klien dan juga kehamilan yang pertama.
8.
Riwayat Kesehatan
Penampilan umum
baik, kesadaran Composmentis
BB sekarang : 53 kg
TB : 151 cm
TTV : TD 130/90
mmHg, N 88 x/m, RR 24 x/m, S: afebris.
§ Kulit, rambut, kuku
Warna kulit
kemerahan, sianosis (-), pucat (-), pruritus (-), gatal (-), turgor kulit
elastis, bersih, rambut distribusi merata, rontok (-), kuku pendek bersih,
pucat (-), kapilary refil <2 detik.
§ Kepala dan leher
Konjungtiva
anemis (+), sklera ikterik (-), pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-), peningkatan JVP (-),
§ Telinga
Simetris, bersih,
discharge (-)
§ Mulut, hidung dan tenggorokan
Mukosa mulut
merah muda, stomatitis (-), sianosis (-), faringitis (-), mulut dan gigi
bersih, hidung bersih, tidak ada sekret
§ Thorak dan paru-paru
Simetris,
pengembangan dada maksimal, ketinggalam gerak (-), retraksi (-), taktil
fremitus (+), perkusi sonor, auskultasi vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
§ Payudara
Membesar, kebersihan
baik, putting menonjol, ASI keluar.
§ Jantung
S1-2 murni,
bising (-), murmur (-), nyeri tekan (-), perkusi pekak, kesan besar normal
§ Abdomen
Luka post SC
memanjang di bawah umbilikus sepanjang 12 cm, pus (-), peristaltik (+), balutan
belum diganti sejak pulang rawat inap.
§ Genetalia
Lochea sanguinolenta,
perdarahan (+) 150 cc, edema (-), laserasi (-)
§ Anus dan Rektum
Ruptur perineum
(-), episiotomi (-), jahiran perineal (-), kesan bersih
§ Muskuloskeletal
Pergerakan (+),
kekuatan (+), edema ekstremitas (-)
9.
Profil Keluarga
a. Pola persepsi
kesehatan-pemeliharaan kesehatan
ANC teratur ke puskesmas,
sebelum ke rumah sakit klien berencana melahirkan di bidan tetapi karena kata
bidan harus melahirkan di rumah sakit maka klien ikut saran bidan demi
keselamatannya dan bayinya, bila sakit klien juga biasa membawa ke Puskesmas,
klien juga tertarik dengan informasi kesehatan yang diberikan perawat.
b. Pola nutrisi-metabolisme
Klien biasa makan
3x sehari, nasi, lauk daging, tahu, tempe,
dll, sayur, kadang buah. Setelah operasi ini klien mengatakan tidak makan telur
daging maupun ikan karena takut lukanya lama sembuh tetapi hanya makan nasi dan
sayur-sayuran. Minum air putih, teh dengan jumlah 7-8 gelas sehari
c. Pola eliminasi
Klien mengatakan
tidak mempunyai masalah dengan BAB dan BAKnya, biasa BAB 1 kali sehari dan BAK
4-5 kali sehari.
d. Pola aktivitas-latihan
Klien sudah mampu
berjalan dengan pelan-pelan karena klien
masih mengeluh sakit pada perut bekas luka operasi, nyeri di rasakan bertambah
jika bagian perut ikut bergerak seperti berjalan atau mengejan. Klien tampak
mengekspresikan rasa nyeri ketika berjalan. Nyeri pada skala 4-5.
e. Pola istirahat-tidur
Klien tidak
mempunyai gangguan pola tidur, biasa tidur siang 1 jam dan malam kurang lebih
5-6 jam.
f. Pola persepsi-kognitif
Penglihatan
jelas, pendengaran jelas, sensasi rasa masih berfungsi baik, mampu membedakan
panas, dingin, rasa pahit, asin, manis, tajam dan tumpul.
g. Pola persepsi terhadap diri
Ibu merasa
dirinya saat ini cukup berbahagia dengan kelahiran anak pertamanya dengan
selamat walaupun dengan cara operasi.
h. Pola hubungan peran
Hubungan dengan
suami, keluarga dan orang lain : baik/harmonis
i.
Pola stress-koping
Ibu merasa
bahagia anaknya telah lahir, tapi ibu masih ingin punya anak perempuan tetapi
takut SC lagi dan ingin KB dulu.
j.
Pola kepercayaan-nilai
Klien seorang
muslim, taat menjalankan sholat 5 waktu
10.
Profil Keluarga
Pendukung
keluarga : suami, adik-adik
kandung, ibu, bapak, dan keluarga lainnya
Jumlah anak : 1
Pekerjaan : IRT
Tk pendidikan : SD
Tk ekonomi sosial : menengah
11.
Riwayat dan Rencana KB
Sebelumnya belum
menggunakan KB, setelah kelahiran ini ingin menggunakan KB suntik.
ANALISA DATA dan DIAGNOSA KEPERAWATAN
No
|
DATA
|
MASALAH
|
ETIOLOGI
|
1.
|
DS :
- klien mengatakan, “nyeri pada luka operasi
terutama jika bergerak seperti berjalan”
- Skala nyeri 4– 5 (nyeri sedang)
DO :
- Klien tampak berhati-hati untuk
bergerak/berjalan.
- Klien mengekspresikan rasa nyeri ketika
berjalan
- Klien mengungkapkan rasa ketidaknyamanannya/nyeri.
|
Nyeri akut
|
Agen injury fisik (luka insisi operasi)
|
2.
|
DS :
- Klien
mengatakan, “ dijalan lahir saya ada luka jahitan.
DO :
- Terlihat balutan luka diperut bawah.
|
Resiko infeksi
|
Tindakan invasif dan Paparan
lingkungan patogen
|
3.
|
DS :
- Klien mengatakan, “saya tidak makan telur,
daging maupun ikan, takut lukanya lama sembuh”
- Klien mengatakan belum mendapatkan
penyuluhan tentang perawatan post operasi
DO :
- Klien mengungkapkan secara verbal tentang
informasi yang tepat untuk perawatan nifas dan perawatan bayi.
- Klien tertarik dengan informasi yang
diberikan perawat.
|
Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasi dan perawatan bayi
|
Kurangnya informasi
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL
1. Nyeri akut b.d Agen injury
fisik (luka insisi operasi)
2. Resiko infeksi b.d Tindakan
invasif dan Paparan lingkungan patogen
3. Kurang pengetahuan tentang
perawatan post operasi dan perawatan bayi b.d Kurangnya informasi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Paraf
|
19 Okt 05
|
Dx 1
|
10.00
-
Melakukan pengkajian lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
berat dan faktor presipitasi nyeri
-
Menciptakan suasana yang nyaman dengan
meminimalkan stimulasi lingkungan
-
Mengajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi untuk
mengurangi nyeri
-
Memberikan penjelasan tentang penyebab timbulnya
nyeri
-
Mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
-
Memberi dukungan terhadap kemampuan klien
|
S:
Klien mengatakan
nyeri luka post operasi dengan skala 4, nyeri bertambah ketika klien berjalan
O:
-
Klien
masih tampak menahan nyeri ketika berjalan
-
TD :
110/70 mmHg N : 80 x/menit
-
Klien
dapat mendemonstrasikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
A: Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
Kaji keefektifan tindakan perawatan nyeri
|
|
19 Okt 05
|
Dx 2
|
10.10
-
Menerapkan tindakan pencegahan universal ketika melakukan
kegiatan
-
Memantau suhu tubuh dan denyut nadi
-
Menjaga kebersihan tempat tidur dan lingkungan
perawatan
-
Mengangkat jahitan luka post operasi separuh
-
Merawat luka post operasi dengan cara steril.
-
Memantau produksi lochea, pantau kondisi vagina
-
Memberikan penjelasan tentang mengapa klien
menghadapi risiko infeksi, tanda dan gejala infeksi
|
S:
Klien mampu
menjelaskan tanda-tanda infeksi
O:
-
Suhu
afebris
-
Produksi
lochea sanguinolenta
-
Tanda
vital dalam batas normal TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Pantau tanda-tanda infeksi
|
|
19 Okt 05
|
Dx 3
|
10.20
-
Mengkaji tingkat pengetahuan klien.
-
Menjelaskan kepada klien pentingnya nutrisi untuk
penyembuhan luka
-
Menjelaskan kepada klien untuk meningkatkan input
protein.
-
Menjelaskan tentang cara perawatan ibu nifas dan
post operasi
-
Melakukan
diskusikan tentang perubahan gaya
hidup pada pasien yang mungkin dibutuhkan.
|
S:
Klien mengatakan
sudah mengerti cara perawatan ibu nifas
Klien menyatakan
kemauannya untuk makan protein hewani
O:
Klien dapat
menjelaskan cara merawat ibu nifas
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi
Jelaskan cara perawatan bayi baru lahir
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar