Minggu, 05 Agustus 2012

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CEDERA MEDULA SPINALIS APLIKASI NANDA, NOC, NIC


Mekanisme Cedera
A.    Kecelakaan otomobil, terjatuh, olahraga, kecelakaan industri, tertembak peluru, dan luka tusuk dapat menyebabakan cedera medulla spinalis. Sebagian besar pada medulla spinalis servikal bawah (C-4 – C-7, T1), dan sambungan torakolumbal (T11 – T12, L1). Medula spinalis torakal jarang terkena.
B.     Faktor-faktor yang membedakan cedera medulla spinalis dengan cedera kranioserebral adalah:
1.      Konsentrasi yang tinggi dari traktus dan pusat saraf yang penting dalam suatu struktur yang diameternya relative kecil.
2.      Posisi medulla spinalis dalam kolumna vertebralis
3.      Adanya osteofit
4.      Fariasi suplai pembuluh darah
C.     Efek pada jaringan saraf paling penting pada medula spinalis, ada 4 mekanisme yang mendasari:
1.      Kompresi oleh tulang, ligamen, benda asing, dan hematoma. Kerusakan paling berat disebabkan oleh kompresi tulang, kompresi dari fragmen korpus vertebra yang tergeser ke belakang, dan cedera hiperekstensi.
2.      Tarikan/regangan jaringan: regangan yang berlebihan yang menyebabkan gangguan jaringan biasanya setelah hiperfleksi. Toleransi regangan pada mendula spinalis menurun sesuai dengan usia yang bertambah.
3.      edema medula spinalis timbul segera dan menimbulkan gangguan sirkulasi kapiler lebih lanjut serta aliran balik vena, yang menyertai cedera primer.
4.      Gangguan sirkulasi merupakan hasil kompresi oleh tulang atau struktur lain pada sistem arteri spinalis posterior atau anterior.
Pemeriksaan Penunjang
A.    Pemeriksaan neurologist lengkap secara teliti segera setelah pasien tiba di rumah sakit.
B.     Peneriksaan tulang belakang: deformitas, pembengkakan, nyeri tekan, gangguan gerakan (terutama leher). Jangan banyak manipulasi tulang belakang.
C.     Pemeriksaan radiologis: foto polos vertebra AP dan lateral. Pada servikal diperlukan proyeksi khusus mulut terbuka (odontoid). bila hasil meragukan, lakukan CT Scan. Bila terdapat defisit neurologis, harus dilakukan MRI atau CT Mielogafi.
Penatalaksanaan.
1        Lakukan tindakan segera pada cedera medulla spinalis. Tujuannya adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medulla spinalis. Sebagian cedera mendula spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat, efek hipotensi, atau hipoksia pada jaringan saraf yang sudah terganggu.
1        Letakkan pasien pada alas yang keras dan datar untuk pemindahan.
2        Beri bantal, gulung, atau bantal pasir pada sisi pasien untuk mencegah pergeseran.
3        Tutupi dengan selimut untuk menghindari kehilangan hawa panas badan.
4        Pindahkan pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan kasus cedera medula spinalis.
2        Perawatan khusus
1        Komosio medulla spinalis: Fraktur atau dislokasi tidak stabil harus dipastikan tidak terjadi. Jika pemulihan sempurna, pengobatan tidak perlu dilakukan.
2        Kontusio/Transeksi/Kompresi medulla spinalis
-          Methylprednisolon 30 mg/kgBB bolus intravena selama 15 menit dilanjutkan dengan 5,4 mg/kgBB/jam, 45 menit setelah bolus selama 23 jam. Hasil akan optimal bila pemberian dilakukan < 8 jam onset.
-          Tambahkan profilaksis stress ulcer : Antasid/antagonis H2
3        Tindakan operasi diindikasikan pada:
1        Reduksi terbuka pada dislokasi
2        Fraktur servikal dengan lesi parsial pada medulla spinalis
3        Cedera terbuka dengan benda asing/tulang dalam kanalis spinalis
4        Lesi parsial medulla spinalis dengan hematimielia yang progresif
4        Perawatan Umum
1        Perawatan vesika dan fungsi defekasi
2        Perawatan kulit/decubitus
3        Nutrisi yang adekuat
4        Kontrol nyeri: analgetik, antiinflamasi nonsteroid (OAINS), antikonvulsan, kodein, dll.
5        Fisioterapi, terapi vokasional, dan psikoterapi sangat penting terutama pada pasien yang mengalami sekuele neurologist berat dan permanent.
Diagnosa Keperawatan yang muncul:
  1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (1996).
  2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler (1973, 1998).
  3. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan kerusakan sensori motorik (1973).
  4. Inkontinensia usus berhubungan dengan kerusakan saraf motorik bawah (1975,1998).
  5. Resiko kerusakan integritas kulit, faktor resiko perubahan sensasi (1975,1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar