Kamis, 02 Agustus 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM SARAF


ASUHAN KEPERAWATAN PADA SISTEM SARAF
Saraf pusat
Sistem saraf
Saraf otonom
Simpatis
Parasimpatis
Simpatis
Thorako Lumbalis
Sitem saraf otonom thorakal 1 s/d lumbal 2
Parasimpatis
Kranio sacral
Sacral 2,3dan 4 saraf cranial dan batang otak
PEREDARAN DARAH OTAK
è dimuali dari : Arkus aorta èAliran darah otak   Arteri karotis komunis interna dan externaèarteri karotis komunis
Bagian-Bagian Otak
 hemisfer
è1.Otak Depan  cerebri
Talamus
Hipotalamus
2.Otak tengah / diencepalon
3.Otak belakang
Pos varolili
Medula oblongata
Serebelum
Otak dan sum – sum tulang belakang diselmuti “meningia “ yg bersifat melindungi struktur saraf yg halus
Meningia terdiri dari 3 lapisan :
 melekat pada otak dan sum –
àPiamater  sum tulang belakang
 Pemisa antara pia dan dura
àArachnoid
àDuramater   melapisi tengkorakàlapisan luar
Lapisa dalam bersatu dengan lapisan luar
Daerah brocca ( hubungan dengan
àkemampuan bicar ) Pada orang biasa — daerah brocca terletak pada hemisfer kiri  kidal — hemisfer kanan
Daerah wernicke,s ( hub. Dengan kemampuan untuk  kesan atas suara diterima dan ditafsirkan .
àmendengar )
Co : bunyi gendang berbeda dengan bunyi bisisng usus
Bagian – bagian saraf yg mempersarafi dan fungsinya , serta cara pengkajiannya :
 klien
àNervus 1 : Olfaktorius , mempersarafi penyiuman   disuruh menyium bau ( the/kopiàditutup matanyalalu tutup hidung yg sebelah  )
Nervus 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,dan 12
PERAWATAN UMUM NEUROLOGI
Gangguan Kesadaran
Isi Pikir :
Fungsi kognitif
Fungsi afektif
Derajat Kesadaran
Terhadap diri sendiuri
Terhadap lingkungan
Gangguan Derajat Kesadaran
 Kerusakan cerebral
ØPenyebab :
gangguan metabolisme
Defesiensi vitamin
Keracunan
 akutà Cepat ØSifat :
pelan – pelan
Intermiten
 Strok, trauma kepala , hemoragic, TIKàCepat
TEKANAN INTRAKRANIAL MENINGKAT
Penyebab :
Oedema otak
Perdarahan otak
Tumor otak
Gejala yang muncul :
nyeri kepala : tek. Pembuluh  sirkulasi menurun
èmeningkat
muntah : tek. Meningkat pada medulla oblongata
Pernapasan lambat : tek. Dan anoksia medulla oblongata
Papila edema
Ggn motorik tek pd area 4
Kejang
Kontrol Spinkter hilang….impuls inhibisi
Ggn kesadaran + sensorik ….tek. Pd kortek & ascending reticular system.
Ggn regulasi suhu …. Tek. Hipotalamus
Ubun-ubun menonjol : tek.Pd tulang tengkorak
TANDA AWAL HERNIASI OTAK
Berpindahnya sebagian masa otak bagian supratentorial kedalam otak tengah.
Penilaian dilakukan :
• Cepat dan akurat
• Didasarkan atas respon pasien terhadap stimulus yang diberi :
Suara ,sentuhan, nyeri, cahaya
• Ketahui adanya komplikasi
Pernapasan, cardiovascular, hilang reflex proteksi
• Nilai pupil → Gangguan lobus temporalis
• Cek adanya peningkatan TIK
Iskemia,aritmia,pulmonary arrest
Tanda – tanda adanya Komplikasi
• TTV labil
• Napas cheyne stokes , Biots
• Tanda obstruksi napas

• Lakukan pencegahan adanya aspirasi
Tangani Komplikasi :
a.Resiko peningkatan TIK
b.Eliminasi
c.Mobilisasi
d.Gangguan Nutrisi
e.Integritas kulit
f.Gangguan persepsi sensorik
Untuk keluarga
Peningkatan kemampuan koping
Peningkatan pengetahuan
Gangguan Fungsi Kognitif
a.Menurun perhatian
b.Menurunnya memory
c.Penurunan kemampuan bahasa dan persepsi
d.Penurunan kemampuan untuk mempuat rencana
Penyebab :
Kerusakan system limbic dari kortex cerebri
Penyakit metabolic
Hipotiroid
TIA
Intoksikasi obat
Gangguan cairan elektrolit
Penyakit degenaratif
Gangguan Memory :
Penyebab : Penyakit yang mengenai lobus temporal pda pusat memory

Trauma kepala
Tumor
Hemoragik
Infark
Kejang
Penyakit degeneratif
Intervensi :
Lakukan tindakan dengan pengulangan
Mendemonstrasikan
Beri petunjuk yang jelas dan sederhana
Pakai alat – alat untuk mengingat
Buat strategi khusus dalam pendidikan
Beri feed back ( + )
Orientasikan kerealitas
Petunjuk sifat konsisten, nyata
Hindari yang sifat abstrak
Pendidikan kesehatan
Discharge planning
APASIA
Tak mampu untuk bicara
Ada dua hemisfer pada otak, salah satu dominan
Jika terjadi kerusakan pada hemisfer dominan , maka akan terjadi dua hal :
1.Tak mampu dalm mengtarakan maksud
2.Tak mampu menangkap maksud
Apasia dibagi dua :
1.Apasia motorik
2.Apasia sensorik
1.Apasia motorik
Area brocca pada lobus prontal posterior – anterior
Tidak bisa untuk menyampaikan maksud
Peran penting perawat
Awas → frustasi
2.Apasia Sensorik
Area wernicke,s pada hemisfer kiri → giru angular
Tidak mampu menangkap maksud dengan cara biasa
Intervensi :
Apasia motorik
Pertanyaan dengan jawaban Ya dan tidak
Antisipasi kebutuhan
Gunakan alat tulis
Apasia Sensorik
Gunakan komunikasi non verbal
Beri petunjuk visual
Bicara pendek, sederhana
Hindari pembicaraan abstrak
AGNOSIA
Ketidakmampuan untuk mengenaldan interpretasikan suatu rangsang indera
Agnosia Visual : tidak mampu mengenal fungsi suatu benda
Agnosia warna
Agnosia muka
Agnosia taktil
Agnosia astereognosis : tidak mampu menyebutkan bentuk dan ukuran benda yang diraba
APRAKSIA
Ketidak mampuan untuk mengerti , memformulasikan suatu perbuatan yang kompleks , tangkas dan volunteer
Penyebab : Lesi pada kedua hemisfer → pada premotor area lobus frontal dan sebagian parietal
Tindakan : sama dengan Apasia
Gangguan Tingkah laku Dan Proses Pikir
Penyebab : Penyakit yang mengena pada lobus prontal

a.Trauma kepala
b.Demensia alkoholik
c.Atropi cerebral
Masalah :
Kepribadian influsif
Konsentrasi menurun
Mood labil
Miskin dalam mengambil keputusan
Gejala :
Sakit kepala
Irritable
Hypersensitif terhadap stimulus
Pusing
Konsentrasi amat terbatas
Intervensi
Orientasi realita
Bicara pelan dengan kalimat pendek
Tatap muka
Jaga lingkungan
Buat daftar kegiatan konsisten
GANGGUAN PERGERAKAN
Bersifat volunteer
Dipersarafi oleh motor kortex primer dan asosiasinya

Lobus prontal
Basal gangglio
Cerebelum
Saraf tepi
A.GANGGUAN MOTORIK MATA
Penyebab :
Parese Nervus 3,4 dan 6
Tidak ada koordinasi antara ektra okuler
Masalah :
▪ Diplopia
▪ Nistagmus → Gerakan involunter
▪ Strabismus
Intervensi : Tutup sebelah mata yang sakit
B.GANGGUAN MEMBUKA MENUTUP MATA
Penyebab : Parese saraf cranial 7
Ptosis
Exoftalmus
Masalah :
Ulserasi kornea
Gangguan penampilan
Intervensi :
Tutup dengan kain tipis dan basah
Beri eye drops secara teratur
Jika nyeri terus menerus→ Tanda kerusakan kornea → kolaborasi
GANGGUAN EXPRESI MUKA
Penyebab :
Gangguan cerebellum → korteks motorik dan batang otak
Kortiko bulbar → inti saraf 7
Axon perifer N. 7
Masalah :
Gangguan bicara → disartria
Tidak mampu untuk menghasilkan suara
Gangguan makan
C.GANGGUAN DALAM MENGELOLAH MAKANAN DALAM MULUT
Menelan
Buka mulut
Mengolah
Mengunyah
Menelan
Penyebab : Parese Nervus 5.7.9.10 dan 12
Akibat : - Aspirasi
- Obstruksi jalan napas
Disfagia
Makanan melalui NGT
Penurunan nafsu makan
Gangguan interaksi social
Kehilangan kemandirian
Latih secepat mungkin dengan es batu yang telah dihancurkan
D.GANGGUAN PERGERAKAN EXTERMITAS
PARALISIS :
Tetra parese
Hemi parese
Para parese
Imobilisasi → butuh bantuan meningkat
Komlikasi :
Kerusakan kulit
Distensi bladder
Konstipasi
Osteo porosis
Intervensi :
Meningkatkan kemandirian pasien
Segera untuk latihan jalan
Gunakan tongkat
ROM
TEMPERATUR
Suhu normal sangat penting untuk mempertahankan fungsi normal dari semua sel tubuh
Pusat :
Hipotalamus : Dasar ventrikel III
Refle spinal pada spinal cord → fungsi autonom

Dilatasi dan kontiksi pembuluh darah perifer
Hipotermia
Hipertermia
Intervensi :
Hipotermia
Selimut
Peningkatan suhu ruangan
Hipertermia
Tapid sponge
Selimut dingin
AC
ELIMINASI
Pusat pengendalian pada emua tingkat persarafan
Kortex motorik untuk menghambat pengosonganbladder dan bowel
Kortex sensorik : dapat mencetuskan distensi bladderdan bowel → menahan dan mengeluarkan
Pada alur kortex – sacral → pengendalian otonom

Reflex berkemih
Gangguan yang dapat terjadi
Kerusakan lobus frontal → Inkontinensiua reflex neurologikj bladder
Kerusakan pada sekmen sacral → autonomi neurologik bladder
Dampak
Over distensi
Batu bladder
Infeksi ( cystitis )
Intervensi :
Bowel training
Pasang poly cateter → jika distensi
Berikan bladder training
Bowel training :
Minum hangat
20 – 30 beri supositoria
Posisi duduk → 15 menit kemudian defekasi terjadi
SAKIT KEPALA ( HEADACHE )
A. Pengertian
Sakit kepala atau sefalgia adalah suatu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukan penyakit organic atau penyakit lain, respon stress , vasodilatasi atau migren , tegangan otot rangka ( sakit kepala tegang ), kombinasi respon tersebut.
B. Penyebab :
Tumor intra cranial
Infeksi sistemik
Cedera Kepala
Hypoxia Cerebral
Penyakit kronik, mata, telinga
Stress
C. Klasifikasi :
Sakit kepala sukar dikategorikan dan ditetapkan . sedikit bukti fisiologis patologis atau uji dianostik dapat mendukung diagnosa sakit kepala.
Sakit kepala mempunyai perbedaan manifestasi individual selama proses kehidupan, dan tipe sakit kepala yang sama mungkin mempunyai karakteristik yang berbeda diantara individu yang berbeda.
Sakit kepala dapat diklasifikasikan sebagi berikut :
1. Migren ( dengan dan tanpa aura )
1.Sakit kepala tegang
2.Sakit kepala klaster
D. Patofisiologi :
Vasospasme arteri kepala → Suplay nutrisi keotak berkutang
Ischemia berkepanjangan
Dinding vascular fkasid tidak mempertahankan tonus otot
Tekanan darah meningkat
Pembuluh darah berdilatasi
Peregangan dinding arteri
Neuro kinin
PENGKAJIAN
Temuanya tergantung pada jenis / penyebab dari sakit kepala tersebut
Riwayat yang lengkap merupakan suatu hal yang penting untuk membedakan diagnostik.
Pengkajian meliputi :
Aktivitas / Istirahat :
Lelah, letih , malaise
Ketegangan mata
Kesulitan membaca
Insomnia
Sirkulasi :
Denyutan vaskuler misalnya daerah temporal
Pucat, wajah tampak kemerahan
Integritas ego
Ansietas, peka rangsang selama sakit kepala
Makanan / Cairan
Mual / muntah , anoreksia selama nyeri
Neuro sensori :
Pening, Disorientasi (selama sakit kepala)
Kenyamanan
Respon emosional/ perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah
Interaksi social
Perubahan dalam tanggung jawab peran
Diagnosa keperawatan :
1.Nyeri akut berhubungan dengan stress dan ketegangan atau vasospasme
2.Gangguan pola istirahat tidur b/d nyeri
3.Kurang pengatahuan berhubungan dengan kurang dengan informasi/keterbatasan kognitif.
4.Resiko Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual/muntah/ anoreksia
5.Cemas b/d krisis situasi
Intervensi :
1. Nyeri :
1.Kaji faktor-faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
2.Catat intensitas nyeri (skala 0-10)
3.Catat karakteristik nyeri (berat/ berdenyut/konstan),lokasinya,lamanya,factor yang memperburuk/meredakan
4.Observasi tanda-tanda nyeri non verbal; seperti ekspresi wajah,tubuh gelisa,menangis atau meringis,perubahan frek.jantung,pernapasan,dan observasi tekanan darah
5.anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan tenang,tehnik relaksasi
6.Masage daerah kepala/leher /lengan jika pasien dapat mentoleransi pasien dengan sentuhan
7.Kolaborasi berikan obat sesuai dengan dengan indikasi analgetik, misalnya asetaminofen,ponstan dan lain-lain.
2. Pola istirahat tidur :
1.Hilangkan kebisingan / stimulus eksternal yang berlebihan
2.Bicara yang tenang,. Perlahan dengan menggunakan kalimat yang pendek sesuai kebutuhan.
3.Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur
4.Berikan oabt sesuai indikasi ( kolaborasi )
3. Kurang Pengetahuan :
1. Diskusikan etiologi indifidual dari sakit kepala bila diket
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi kemungkinan factor predisposisi,seperti stress emosi, suhu yang berlebihan,alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
3. Diskusikan tentang obatnya dan efek sampingnya .
4. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
5. Anjurkan pasien atau orang yang terdekat untuk menyediakan waktu agar deapat relaksasi dan bersenang-senang
6. Sarankan pemakaian musik-musik yang bernuansa meyenangkan.
Cemas b/d krisis situasi :
1.Kaji status mental dan tingkat kecemasan pasien / keluarga
2.Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya.
3.Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
4.Berikan petunjuk mengenai sumber- sumber penyokong yang ada, seperti keluarga , konselor dll
5.Jawab Setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi tentang proggnosa penyakit
5.Resiko ketidak seimbangan nutrisi
1.Berikan makanan dalam jumlah kecil dalam waktu yang sering dengan teratur
2.Timbang berat badan sesuai indikasi
3.Kolaborasi : Konsultasi dengan ahli gizi
4.Kaji cairan lambung, muntah
SARAF CRANIAL XII
PENDAHULUAN
Saraf otak ada 12 pasang
Memeriksa saraf otak (I-XII) dapat membantu menentukan lokasi dan jenis penyakit. Tiap saraf otak harus diperiksa dengan teliti, karenaitu perlu dipahami anatomi dan fungsinya , serta hubungannya dengan struktur lainya lesi dapat terjadi pada serabut atau bagian paniten(infranuklir), pada inti (nuklir)atau hubungannya kesentral (supranuklir).
Bila ini rusak,hal ini diikuti oleh degenerasi saraf perifernya,inti saraf otak yang terletak dibatang otak letaknya saling berdekatan dengan struktur lain,sehingga jarang kita jumpai lesi pada satu inti saja tanpa melibatkan bagian lainnya.
Anatomi Dan Fisiologi
Saraf XII mengandung serabut somato-motorik yang menginervasi otot ekstrinsik lidah, fungsi otot ekstrinsik lidah ialah menggerakan lidah,dan otot intrinsic mengubah-ubah bentuk lidah. Inti saraf ini menerima serabut dari kortex traktus priamidalis dari satu sisi, yaiti sisi kontra lateral. Dengan demikian ia sering terkena pada gangguan peredaran darah otak (stroke),misalnya di korteks dan kapsula interna.
Pemeriksaan
Infeksi : Penderita di suruh membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak.
Dalam keadaan istirahat kita perhatikan besarnya lidah, kesamaan bagian kiri dan kanan dan ada tidaknya atrofi, apakah lidah berkerut? Apakah lidah mencong?
Tremor lidah dapat di jumpai pada pasien yang sakit berat (lemah),demensia paralitik dan intoksikasi.
Fasikulasi dijumpai pada lesi nuklir, misalanya pada siringobulbi,kadang-kadang kita sulit membedakan antara tremor dan fasikular terlebih lagi pada lidah yang tersungkur.Untuk memudahkan perbedaanya, lidah diistirahatkan pada dasar mulut. Pada keadaan ini, tremor biasanya berkurang atau menghilang. Pada Atetose didapatkan gerakan yang lidah terkendali,lidah sulit dijulurkan atau hal ini dilakukan dengan sekoyong-koyong dan kemudian tanpa kendali ditarik secara mendadak.Jika terdapat kumpulan pada dua sisi,lidah tidak dapat digerakan atau dijulurkan.Terdapat disatria (cadel,pelo)dean kesukaran menelan, selain itu juga didapatkan kesukaran bernafas, karena lidah dapat terjatuh kebelakang sehingga menghalangi jalan nafas.
Untuk menilai tenaga lidah kita suru penderita menggerakan lidahnya ke segalah jurusan dan perhatikan kekuatan geraknya, kjemudian penderita di suruh menekankan lidahnya pada pipinya,kita nilai daya tekanya dengan jalan menekankan jari kita pada pipi sebelah luar.Jika terdapat perasa lidah bagian kiri lidah tidak dapat ditekankan kepipi sebelah kanan,tetapi kesebelah kiri dapat
Gangguan Pada Nervus XII Dan Penyebabnya
Lesi nervus dapat bersifat supra nuklir, misalnya pada lesi di kortex atau kapsula interna yang dapat di debabkan oleh misalnya pada strok, dalam hal ini didapatkan kelumpuhan otot lidah tanpa adanya atropi dan fasikular. Pada lesi nuklir didapatkan atropi dan fasikular hal ini disebabkan oleh siringgobulbi,ALS,radang,gangguan peredaran darah dan neoplasma. Pada lesi infra nuklir didapatkan atropi. Hal ini dapat disebabkan oleh proses diluar medulla oblongata tetapi masih di dalam tengkora, misalnya trauma,fraktur dasar tulang tengkorak ,meningitis atau dapat juga oleh kelainan yang berada di luar tulang tenkorak misalnya abses atau dislokasi vetebra servikalis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar